Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa Kelas Menengah Indonesia Rawan Jadi Kelas Bawah?

2 September 2024   16:59 Diperbarui: 2 September 2024   17:06 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelas menengah umumnya merujuk pada kelompok masyarakat yang memiliki pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti pangan, sandang, papan, serta memiliki akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan hiburan. Mereka juga biasanya memiliki sisa pendapatan untuk menabung atau berinvestasi. Di Indonesia, kelas menengah sering diidentifikasi berdasarkan pendapatan harian yang berkisar antara $10 hingga $20 menurut standar Bank Dunia

Kelas menengah memainkan peran kunci dalam perekonomian dan stabilitas sosial suatu negara. Mereka menjadi motor penggerak konsumsi domestik, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kelas menengah juga dianggap sebagai pilar demokrasi, karena mereka cenderung lebih peduli terhadap kebijakan publik, memiliki akses informasi yang lebih baik, dan aktif dalam proses politik.

Baru-baru ini, badan statistik Indonesia merilis data yang menunjukkan bahwa kelas menengah Indonesia menghadapi kesulitan untuk naik kelas, tetapi justru rawan turun kelas. Beberapa faktor yang berkontribusi pada risiko ini antara lain:

Banyak orang di kelas menengah mengalami stagnasi pendapatan, sementara biaya hidup terus meningkat. Hal ini menyebabkan jika terjadi PHK atau kehilangan pekerjaan maka tabungan otomatis akan terkuras. 

Juga, akibat krisis dunia yang berkepanjangan dimulai dengan prahara Covid 19, perang yang terus berkecamuk mulai dari perang Ukraina ditambah dengan krisis Gaza yang secara langsung maupun tak langsung mempengaruhi ekonomi Indonesia yang mengakibatkan ketidakpastian ekonomi, inflasi, dan kenaikan harga bahan pokok mempengaruhi daya beli kelas menengah.

Masalah lain, mayoritas kualitas pendidikan dan keterampilan kelas menengah yang tidak memadai membuat mereka sulit bersaing di pasar kerja yang semakin kompleks sehingga sulit bagi mereka untuk mendapatkan kerja yang lebih baik.

Banyak anggota kelas menengah bekerja di sektor informal yang rentan terhadap fluktuasi ekonomi dan kurang memiliki jaminan sosial. Sektor informal ini belum punya mekanisme bertahan jika dilanda krisis.

Melihat kondisi ini, tentu saja diperlukan langkah-langkah konkret untuk memperkuat kelas menengah Indonesia.

Salah satu hal yang paling penting adalah peningkatan Pendidikan dan Keterampilan.  Dalam hal ini pemerintah perlu memperbaiki kualitas pendidikan dan menyediakan program pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri.

Kelas menengah sendiri perlu melakukan diversifikasi Sumber Pendapatan. Mereka perlu didorong untuk memiliki sumber pendapatan yang beragam, termasuk investasi dan kewirausahaan. 

Tentu saja peran pemerintah sangat diperlukan guna merancang kebijakan Ekonomi yang Inklusif. Pemerintah perlu merancang kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif, seperti akses ke modal, infrastruktur, dan layanan publik yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun