Anak - anak muda yang saat ini menjadi konsumen utama sosial media telah dipengaruhi oleh propaganda yang dilancarkan keturunan dan simpatisan MarcosÂ
Tentu saja fenomena politik di Philipina ini membuat kita bertanya-tanya, apakah Indonesia bisa mengalami hal yang serupa?
Kekhawatiran ini bukanlah isapan jempol karena hal serupa juga terjadi di sini.
Sudah sejak awal kita disuguhi propaganda dan jargon : "Lebih Enak di jaman ku toh?".Â
Jargon ini mungkin tidak dianggap serius namun untuk generasi muda yang tidak mengalami era Orde Baru, kata - kata itu seolah menjadi kebenaran bagi mereka.
Juga kita ketahui betapa kebangkitan secara politik juga coba dibangun oleh dinasti ini dengan membiayai dan membuat partai - partai politik.
Mereka yang belum lahir saat terjadinya reformasi, saat ini sudah berhak untuk memilih. Tentu saja semakin tahun generasi ini akan semakin bertambah.
Perlahan tapi pasti, jika tidak diantisipasi, cerita mengenai mengapa ada peristiwa Semanggi yang melahirkan pahlawan reformasi dan peristiwa Reformasi akan menjadi dongengan saja bagi mereka.
Bukti awal sudah ada, Ketua BEM SI dengan lantang berkata, " Di Jaman Orde Baru, kesejahteraan dan Kebebasan dinikmati Rakyat Indonesia."
Apalagi ada sifat "ingatan pendek" masyarakat Indonesia dan cenderung memilih artis dan tokoh terkenal tanpa terlalu peduli pada rekam jejak dan prestasi pengabdian dan keterpihakan pada masyarakat.Â
Maka tidak heran para artis, selebritis dan tokoh terkenal memenuhi kursi kekuasaan politik di negeri ini.