Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Jokowi Terpaksa Kerja Sendiri

23 April 2022   08:40 Diperbarui: 23 April 2022   08:40 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber photo: kompas.com

Kembali Jokowi terpaksa kerja sendiri. Kali ini karena sengkarut minyak goreng yang  tidak kunjung teratasi. Jokowi memutuskan untuk mulai tanggal 28 April tidak boleh ekspor bahan baku dan minyak goreng demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Bukan kali ini saja Jokowi terpaksa memutuskan sendiri suatu kebijakan karena bawahan dan para menteri nya seolah tidak berbuat apa - apa untuk menyelesaikan suatu masalah.

Kita masih ingat ketika Jokowi langsung menelpon menteri saat nelayan mengalami kelangkaan solar, lalu menghubungi kepala kepolisian akibat pungli di pelabuhan kontainer. Baru - baru ini juga Jokowi ketika blusukan mendengar nelayan mengeluhkan kondisi pelabuhan ikan, Jokowi langsung minta menteri PUPR untuk beraksi.

Tentu saja setiap apa yang dilakukan Jokowi ada yang yang mengapresiasi tapi juga mengkritisi. Mereka yang mendukung melihat tindakan Jokowi sebagai sikap peduli dan memperhatikan keluhan dan kebutuhan Rakyat. Namun bagi kelompok oposisi, hal itu dianggap sebagai upaya cari perhatian dan gimik belaka.

Pada saat Jokowi harus turun tangan sendiri, publik pasti bertanya, apa kerja para menteri dan bawahannya? 

Ya, memang bisa kita bayangkan betapa Jokowi frustrasi karena apa yang dia inginkan dan perintahkan tidak terlaksana sebagaimana mestinya.

Masalah birokrasi dan governance atau tata kelola di negara ini memang masih jadi persoalan besar. Sudah terlalu lama birokasi terjebak pada lingkaran setan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme atau KKN. Boleh dikatakan KKN sudah menjadi bahaya laten di negeri ini. 

Pengaruh KKN menyebabkan orientasi Birokrasi yang seharusnya menyebabkan pelayanan publik menjadi lebih efisien, efektif dan melayani, berubah menjadi rumit, berbelit dan Asal Bapak Senang atau ABS.

Sebenarnya sejak hari pertama Jokowi memegang tampuk pemerintahan tertinggi di negeri ini, dia sudah berusaha memperbaiki sistem birokrasi tersebut. Sudah banyak hasil yang tampak seperti: di banyak pelayanan publik para calo sudah tidak berkutik, untuk urusan surat dan perijinan transaksi online yang tidak membolehkan adanya kontak fisik semakin baik dengan pemangkasan waktu berurusan yang cukup signifikan. 

Namun, sekali lagi karena nampaknya pekerjaan rumah untuk memperbaiki birokrasi ini sungguhlah perlu waktu dan usaha ekstra. Masalah yang nampaknya menjadi titik lemah dalam reformasi birokrasi tersebut adalah pengawasan dan penegakan hukum. 

Sebaik apapun sistem yang dibangun, jika tanpa pengawasan yang baik dan penegakan hukum yang tegas maka hal itu menjadi sia - sia. Bahkan sistem yang baik, dan biasanya ketat tersebut, justru digunakan oleh oknum penegak hukum dan birokrat untuk memeras atau melakukan korupsi.

Kasus minyak goreng menunjukkan hal itu. Sebenarnya Kebijakan membatasi ekspor bahan baku dan minyak goreng serta membatasi harga tertinggi adalah kebijakan yang bagus. Hanya saja tanpa pengawasan dan penegakan hukum, terjadilah kongkalikong dan korupsi dengan memberikan ijin para pengusaha nakal untuk melakukan ekspor dengan tanpa harus memenuhi kuota.

Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan agar hal ini bisa diatasi? 

Selain pengawasan dan penegakan hukum, nampaknya Jokowi masih harus melakukan kegiatan yang menjadi kekuatannya yakni : blusukan yang lebih sering lagi. Dengan kegiatan langsung melihat ke lapangan, Jokowi bisa melihat realita yang ada sehingga kebijakan dan keputusan nya bisa lebih menyentuh kebutuhan masyarakat.

Hal kedua, nampaknya perlu dibuat hotline atau kotak suara khusus yang langsung diterima Jokowi seperti pernah dilakukan di awal pemerintahannya. Hotline ini memungkinkan masyarakat luas mengeluh atau mengkritik langsung kebijakan dan implementasinya di lapangan.

Sebenarnya KSP dibangun untuk hal ini, namun nampaknya semakin hari,  desk itu semakin tidak berfungsi. Jadi dalam hal ini peran KSP ini perlu diperkuat.

Dua tahun sisa pemerintahan Jokowi tidak lah lama. Untuk mengejar ketertinggalan Nawa Cita yang telah Jokowi janjikan, nampaknya usaha perbaikan ini perlu dicoba. Kalau tidak, maka Jokowi akan lebih sering terpaksa kerja sendiri lagi***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun