Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Seandainya Saya Jokowi

15 April 2022   12:01 Diperbarui: 15 April 2022   12:12 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber photo: Kompas.com

Berandai - andai, boleh yah? Berandai sama dengan bermimpi. Kalau tidak boleh jadi nggak boleh tidur dong.

Karena sampai sekarang belum ada undang - undang untuk berandai dan bermimpi maka penulis langsung saja berandai yang besar sekali: Seandainya saya Jokowi.

Saat ini saya pasti pusing. Permasalahan datang bertubi - tubi. Belum selesai Pandemi sudah ada masalah perang Rusia dan Ukraina yang mempengaruhi politik dan ekonomi secara global. Sialnya, posisi sebagai pimpinan negara G20 harus memakan buah simalakama mengundang atau tidak Rusia karena Benyak negara Barat dan Amerika menentangnya.

Belum lagi masalah itu selesai, ada persoalan minyak goreng yang mahal dan tiba - tiba menghilang. Suatu peristiwa langka karena negara ini justru penghasil terbesar minyak sawit yang menjadi bahan utama minyak goreng.

Semua permasalahan ini ditambah lagi persoalan cuap - cuap nya para menteri dan pembantu utama saya yang mengusulkan penambahan periode dan penundaan Pemilu. 

Persoalan terakhir ini pun menjadi buah simalakama tersendiri. Kalau saya sedari awal sudah melarang untuk menyampaikan opini, pasti di cap sebagai presiden yang otoriter dan tidak demokratis. Membiarkan dengan maksud supaya kebebasan berpendapat tidak diberangus justru dianggap bagian dari strategi "testing the water", sengaja mencoba memanfaatkan opini ini untuk kepentingan dan interes politik pribadi.

Hal - hal di atas juga menambah permasalahan yang masih hangat mengenai pemindahan Ibukota Negara atau IKN. 

Pemindahan Ibukota yang sebenarnya sudah lama menjadi wacana bahkan rencana dengan prinsip "kerja, kerja kerja" coba saya wujudkan justru ditentang sekelompok orang. Mereka melihat rencana yang penting untuk bangsa ini sebagai akibat megalomania atau pemimpi besar yang hanya untuk mengagungkan diri pribadi.

Ya, memang sebagai presiden negara besar seperti Indonesia ini, tentu dari awal saya sudah tahu bahwa menjadi pemimpin tertinggi tidaklah mudah. 

Saya tidak mengeluh atas semua persoalan di atas, karena memang tugas dan tanggung jawab presiden untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini.

Namun sebagai manusia, tentu saja boleh merasa lelah dan kecewa. 

Lelah kerena para pembantu saya untuk menyelesaikan banyak persolan tapi justru menjadi beban, karena mereka tidak bisa menterjemahkan apa yang saya minta. Atau seandainya mereka mengerti, tapi kurang ada usaha keras untuk menyelesaikan tanggung jawab yang seharusnya mereka lakukan. 

Atas hal ini, saya diusulkan untuk kembali melakukan reshuffle kabinet. Ini juga tidak mudah karena setiap perubahan punya konsekuensi politik yang justru akan memperkeruh suasana, yang pada gilirannya akan mengganggu jalannya pembangunan.

Saya juga kecewa karena partai - partai politik yang seharusnya mendukung justru saat ini nampaknya sudah mulai curi start untuk pemilu 2004. Dengan pintarnya mereka menyampaikan statemen seolah mendukung saya tapi justru menjadi bumerang. Contoh nya saat mereka mengusulkan penundaan Pemilu.

Pernyataan dan tekad saya untuk periode kedua lebih bekerja secara bebas karena demi kepentingan rakyat, rupanya tidaklah gampang. Kompleksitas masalah politik menyebabkan saya harus kembali tidak bisa bersikap hitam putih demi masyarakat. 

Dua periode hampir selesai, tinggal dua tahun lagi. Nawa cita yang saya dengungkan nampaknya masih banyak yang perlu dibenahi. 

Apakah sisa dua tahun ini cukup untuk mewujudkan nawa cita itu?. Harus saya akui nawa cita ini adalah visi besar yang ingin saya wujudkan. Sebagai visi tentu tidak ada titik, harus terus berproses. Tapi sekurangnya sebagian besar visi itu sdh terwujud atau sudah ada fondasi atau jalur yang bisa diikuti agar nanti visi itu bisa terlaksana.

Oke, saya tidak mau memperpanjang keluhan. Karena rasanya juga keluhan ini akan menjadi aura negatif yang justru menghambat usaha untuk lebih banyak melakukan hal positif.

Tentu di akhir curhat ini, saya mohon dukungan dari semua pihak. Terutama mereka yang masih punya visi dan misi yang sama untuk membangun negeri ini menjadi negara yang makmur, damai sejahtera bagi semua rakyatnya. 

Tentu saja saya tidak bisa mengharapkan semua pihak mendukung apa yang saya perbuat. Saya terima bahwa berbeda pendapat adalah hal hakiki dari kehidupan berdemokrasi. Tapi sejujurnya sangat saya harapkan perbedaan pendapat atau oposisi itu menjadi produktif dengan kritikan yang juga menawarkan solusi. Artinya, kritikan itu justru membuat rencana dan kebijakan saya menjadi lebih baik. 

Oke, penulis kira sampai di sini pengandaian saya sebagai Jokowi. Di akhir tulisan ini semakin saya sadari, jadi presiden memang berat. Hanya mereka yang punya kemampuan dan kharisma khusus lah  yang mampu menjalaninya dengan baik. Boro - boro jadi Presiden, jadi ketua RT dua periode saja waktu itu penulis sudah pusing tujuh keliling.

Jadi, selamat bertugas pak Jokowi. Semoga bapak tetap sehat dan semangat untuk memimpin dan membangun negeri ini. Salam dari saya seorang pemimpi. ***MG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun