Masih persoalan minyak goreng. Harga murah tapi langka, harga tidak dibatasi dan mahal langsung memenuhi rak toko dan supermarket. Artinya tetap membebani ekonomi rakyat banyak.
Menteri Perdagangan berteriak bahwa ini ulah Mafia tapi polisi sampai saat ini masih berkata: belum ada mafia yang dijadikan tersangka.
Kok bisa?
Kategori mafia memang berbeda dengan penjahat biasa. Kalau penjahat kelas teri, mereka biasanya bekerja sendiri dan tidak ada yang melindungi sehingga gampang dibawa ke bui.
Sedangkan mafia, adalah kejahatan terorganisir. Punya banyak pemain di segala level, tidak terkecuali para oknum pembuat kebijakan dan penegak hukum, sehingga mereka punya pelindung dan beking.Â
Walau dampak kejahatan mereka sangat sistematis, namun otak utama mafia akan sangat sulit dibawa ke penjara. Paling - paling, jika terpaksa, maka para kroco dan pemain kecilnya lah yang akan dikorbankan.
Jika bicara mengenai dampak kelangkaan dan harga mahal minyak goreng sangat lah besar, sampai menjadi isu nasional.Â
Dampak yang begitu luas, tentu saja bukan disebabkan oleh penjahat kelas teri. Tudingan adanya kejahatan terorganisir sebenarnya sudah terbukti.Â
Namun di sinilah persoalan sebenarnya. Begitu rapi permainan mereka sehingga tidak mudah untuk dibuktikan. Ada kesan bahwa mereka tidak tersentuh.Â
Jika diurutkan, sebenarnya tidak banyak pemain minyak goreng ini, karena mereka bermain dari hulu sampai ke hilir. Tapi justru disitulah juga kekuatan yang mereka miliki untuk bisa memainkan harga bagai sebuah kartel. Pemain kecil tidak akan bisa mempengaruhi kekuatan tersebut.
Kekuatan kartel seperti ini tentu saja memiliki kekuasaan seperti memainkan harga juga pasokan.
Jadi, apakah benar sulit untuk membuktikan adanya mafia minyak goreng?Â
Ya, memang sulit dan mungkin dianggap tidak ada. Hal itu bukannya karena tidak terlihat, namun justru karena terpampang besar di depan mata, ibarat gajah yang tepat berada di pelupuk mata.
Pertanyaannya adalah, apakah berani melawan mafia tersebut? Jika tidak, maka mereka akan terus merajalela, dan pemerintah kembali tersandera dan menyerah: minyak goreng langka dan mahal. Dan jika ini terjadi, maka komoditi lain juga pada gilirannya akan mengalami nasib yang sama.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H