Saat ini fenomena Buzzer sedang jadi fenomena, lebih khusus lagi mengenai Buzzer Istana.Â
Kalau sebelumnya para penyebar hoax terorganisir yang menyudutkan pemerintah yang jadi berita, sekarang ini para Buzzer pembela pemerintah yang dijadikan headline utama.
Hal menarik, nama - nama media dan person yang memang selama ini selalu membela Jokowi dianggap sebagai Buzzer.Â
Nama - nama mereka memang sudah dikenal umum, seperti: Yusuf Muhammad, Denny Siregar, Katakita, Abu Janda, Aldi El Kaezzar, Pepih Nugraha, Info Seputar Presiden, Redaksi Indonesia, Eko Kuntadhi, Komik Kita, Komik Pinggiran, Habib Think, Salman Faris, dan Sewordcom. (Detik.com)
Hal yang menarik, Kompasiana tidak masuk di daftar itu.
Sebagai Kompasianer saya senang karena media kita ini tidak dianggap sebagai media pembela salah satu pihak. Tentu kita tahu alasannya.
Karena para anggota Kompasianer jelas punya posisi dan pembela kubu yang mana, tapi redaksi Kompasiana bisa bersikap obyektif. Kedua kubu diberi panggung.Â
Kita tentu ingat selama masa kampanye Pilpres yang lalu, baik pembela Jokowi maupun Prabowo diberi kolom khusus untuk menuliskan artikel mengapa mereka manjadi pembela masing - masing capres itu.
Juga saya melihat komentar dari setiap tulisan yang ada di Kompasiana sangatlah terjaga. Hampir semua coba menanggapi dalam rangka diskusi yang sehat. Kadang ada yang agak panas, tapi tetap dalam koridor demokrasi.
Untuk penulis sendiri, pasti para Kompasianer tahu siapa capres yang penulis pilih dengan membaca artikel yang terpampang di ruang ini.
Namun jelas juga saya bukan Buzzer karena ada tulisan yang mengkritisi pemerintah atas kebijakan yang dianggap keliru. Terutama tulisan penulis akhir - akhir ini.