Kalau membaca dan menelaah pernyataan - pernyataan Fadli Zon seringkali kita dibuat bingung. Logika yang dia pakai seringkali tidak biasa, kalau tidak dikatakan nyeleneh.Â
Mungkin maksud Zon,  jalan pikiran dan pendapatnya itu adalah sesuatu yang cerdas, out of the box, namun yang tercetus justru kadang - kadang absurd dan off side.
Kali inipun nampaknya jalan pikiran yang sama dia ajukan menyangkut wacana dan harapan agar ada pertemuan antara Jokowi dan Prabowo sebagai wujud rekonsiliasi antar dua kubu politik.
Dalam pandangan Zon, rekonsiliasi itu tidak perlu. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu justru menolak rekonsiliasi tersebut. Menurutnya, dorongan untuk dilakukan rekonsiliasi justru akan mempertajam perbedaan di tengah-tengah masyarakat.
"Menurut saya tidak perlu ada rekonsiliasi dan tidak perlu dibesar-besarkan," kata Fadli kepada wartawan di Kompleks Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (8/7/2019). (Detik com)
Jadi menurut jalan pikiran Zon, usaha rekonsiliasi akan membawa jurang perpecahan karena ada sekelompok pengikutnya yang menentang rekonsiliasi tersebut.
Sekilas nampaknya jalan pikiran ini benar, namun jika ditelaah lebih dalam, ada kesesatan berpikir di sini.
Perpecahan dan pertentangan antara para pendukung kedua kubu adalah hal yang nyata. Dalam setiap kegiatan demokrasi hal itu memang pasti terjadi.Â
Namun, nilai demokrasi juga adalah menerima hasilnya dengan satria. Jika proses pemilihan berakhir maka semua kelompok seharusnya bersatu kembali untuk membangun negri. Dan dalam hal ini, sikap rekonsiliasi memang harus dimulai dari pimpinan politik sebagai sikap kenegarawanan.
Dengan sikap dan pandangan Fadli Zon ini, justru terlihat bahwa ada usaha untuk melanggengkan perpecahan tersebut demi kepentingan kelompoknya.Â
Dia takut kehilangan dukungan dari sekelompok pengikut dan simpatisan yang kelihatannya mempunyai agenda terselubung sendiri. Agenda yang justru menggunakan pertikaian dan perpecahan sebagai sarana untuk mencapai tujuan mereka.