Usai penentuan hasil Pilpres oleh MK, rupanya panasnya politik tetap berlanjut. Kali ini bukan saja antara dua kubu 01 dan 02 tapi juga pertikaian internal di kubu Prabowo.
Salah satu pemicu masalah ini adalah, apakah Prabowo dan Jokowi perlu untuk rekonsiliasi atau tidak. Ada pihak ynag setuju melakukan itu, namun ada juga yang tetap menentangnya.
Rupanya partai Gerindra punya kecenderungan untuk melakukan rekonsiliasi, seperti yang dinyatakan juru bicara Gerindra Andre Rosiade bahwa pertemuan itu hanya menunggu waktu yang tepat.Â
Namun kelompok yang menentang langkah inipun tidak mau kalah. Suara itu diwakili emak - emak yang melakukan demo di depan rumah Prabowo di jalan Kertanegara. Dalam pernyataan mereka jelas sekali para emak ini menentang pernyataan Andre Rosiade. (Kompas com)
Rupanya pernyataan emak - emak ini didengar oleh Andre dan menjawabnya dengan merilis pembelaan lewat tweet di account pribadinya, "Saya bukan pendukung pak @jokowi saya tegak lurus dengan pak @prabowo. Saya bukan penghianat. Saya bukan pengincar Menteri dan Komisaris BUMN!!! Tlg di ingat sebelum menuduh orang!!" tegas Andre , Rabu (3/7/2019). (Id.opr.news)
Pembelaan diri Andre ini kelanjutan dari pernyataannya yang cukup panjang sebelumnya.
Dalam pernyataannya tersebut dia menyebutkan ada "poros III" ynag sedang memancing di air keruh, menunggangi situasi politik yang sedang terjadi.
Ini sebagian pernyataannya itu:
"Tanda-tanda semakin jelas. Elite-elite Poros III semakin nyata gerakannya. Delegitimasi Prabowo-Sandi. Rekrutan aktifis, Ex BPN, Timses Prabowo-Sandi dan para petualang jalanan. In short; para penghianat"
Andre juga secara gamblang menjelaskan cara dan modus operandi dari mereka ynag disebutnya sebagai poros III itu:
"Mereka berharap ekonomi ambruk. CIA Involvement. Ulang Modus menjatuhkan Pa Harto. Tragedi Mei 98. Sehingga figur baru dan Poros III bisa berkuasa."
Walau dia tidak menyebutkan identitas yang jelas dari kelompok "pengkhianat" itu namun ciri - ciri yang ditunjuknya cukup jelas:
"Poros III melempar dadu. Testing the water. Tetep ngajak Aksi di MK sambil caci-maki Pa Prabowo. Nyata, aksi kempes. Massa lebih patuh pada arahan Pa Prabowo. Sebagian massa yang datang adalah massa 02 dan karena ada Bu Titiek Suharto dan patuh sama Habib Rizieq."
Andre juga secara gamblang memberikan tambahan petunjuk dengan memberikan keterangan apa yang disuarakan oleh poros III tersebut:
"Jebakan perangkap narasi ditebar. Pa Prabowo jangan begini dan begitu. Ngajarin Partai Gerindra beroposisi. Mereka lupa Partai Gerindra adalah Partai Oposisi selama 10 tahun.".
Dari petunjuk terakhir ini jelas, bahwa poros III ini bukanlah bagian dari partai Gerindra dan nampaknya juga bukan anggota partai koalisi. Kelihatannya kelompok poros III ini adalah pendukung dan simpatisan Prabowo dari kelompok ormas dan organisasi sayap.
Menelaah sanggahan dan pernyataan Andre Rosiade ini justru penulis agak heran. Sebegitu lambatnya kah internal Partai Gerindra menyadari bahwa memang ada kelompok simpatisan dan pendukungnya yang sejak awal punya agenda tersendiri?
Sebegitu naifkah para politikus Gerindra ini sehingga tidak menyadari bahwa bahwa memang mereka sejak awal ditunggangi oleh kelompok tertentu untuk mencapai target politik yang berbeda dengan yang dimiliki oleh Prabowo dan Gerindra?
Apakah Prabowo selama ini tertutup matanya atas data kemenangan palsu yang menyebabkan dirinya sampai berulang kali tampil di depan umum memproklamirkan kemenangan? Juga apakah tertutup telinganya atas kelompok yang secara terang - terangan menentang perintahnya untuk mencegah kerusuhan dan mengabaikan wibawanya pada saat dia minta pengikutnya tidak perlu berunjukrasa ke MK?
Lalu setelah menyadari dan mengetahui hal ini, apakah tindakan yang akan diambil oleh Gerindra dan Prabowo Subianto?
Tentu tidak kita harapkan sikap Gerindra dan Prabowo membiarkan begitu saja kelompok yang mereka sadari akan menggangu ketenangan dan membahayakan kesatuan NKRI ini.Â
Mereka tidak hanya bersuara tapi harus bertanggung jawab dengan tindakan nyata untuk mencegah "poros III" menjalankan agenda mereka untuk mengacaukan negara ini. Suatu situasi yang penulis yakin bukanlah menjadi tujuan politik Prabowo dan Gerindra.
Dalam hal ini, Prabowo memang harus jelas bersikap dan bertindak, karena kalau tidak, maka anak harimau yang dia tunggangi untuk mencapai ambisi politik nya itu akan berubah menjadi harimau dewasa yang akan menerkam tuannya.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H