Nampaknya kali ini tabiat tersebut akan dipakai lagi oleh mereka.
Gerindra untuk saat ini kelihatannya memberikan signal tetap bertahan di seberang. Walau ada juga gerakan dari elit internal partai kemungkinan merapat ke petahana.Â
Riak - riak ke arah sana terlihat dari isu dan prediksi bahwa ada tawaran untuk menduduki posisi penting dalam pemerintahan jika mau bergabung ke sana. (Tribun News)
Sampai saat ini hanya PKS yang dengan jelas mengatakan bahwa mereka akan tetap menjadi partai oposisi. ( detikNews) Pilihan ini untuk PKS adalah pilihan yang mau tak mau mereka ambil. Karena secara chemistry dan ideologi akan sangat sulit bergabung dengan PDIP, partai pendukung utama Jokowi.
Melihat semua gerakan dan prediksi ini timbul pertanyaan, apa sebaiknya yang menjadi pilihan dari para mantan koalisi pendukung Prabowo?Â
Kalau yang menjadi patokan adalah partai, maka pilihan - pilihan di ataslah yang paling masuk akal.Â
Namun jika yang menjadi pertimbangan adalah kepentingan bangsa, Â maka sebaiknya partai - partai koalisi Adil Makmur tetap solid untuk menjadi koalisi oposisi.
Mengapa?
Karena sesungguhnya, demi menjaga keseimbangan dalam pemerintahan, harus ada koalisi partai oposisi yang kuat. Tentu saja peran oposisi harus efektif dan profesional.Â
Diharapkan kekritisan mereka akan benar menjaga check and balance jika perannya sungguh sebagai oposisi yang efektif dan konstruktif. Sebab jika mereka sekedar mengkritisi atau nyinyir tanpa usulan perbaikan, maka peran itu menjadi tidak berarti.
Tanpa oposisi yang kuat, efektif dan konstruktif, maka sebenarnya kehidupan demokrasi kita tidak sehat. Hal seperti itu sudah pernah kita alami selama beberapa dekade dibawah regime Orde Baru yang lalu.