Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menelaah Pidato Jokowi dan Prabowo Setelah Keputusan MK

28 Juni 2019   08:49 Diperbarui: 28 Juni 2019   12:15 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Sumber gambar: Tribunnews.com

MK sudah menyatakan keputusan akhirnya. Dalam keputusan itu semua dalil yang disampaikan pihak Pemohon dimentahkan oleh MK. Dengan demikian Jokowi kembali menjadi presiden untuk periode keduanya.

Ini secara legal formal adalah garis akhir dari proses panjang dan melelahkan dalam memilih pemimpin bangsa ini. 

Pengumuman dari MK itu langsung ditanggapi oleh kedua belah pihak dengan pidatonya. 

Jokowi melakukannya di Bandara karena akan segera berangkat ke luar negeri guna menghadiri sebuah pertemuan dan Prabowo membacakan pidatonya di rumah Kertanegara.

Menarik untuk menelaah isi dari kedua tokoh politik ini.

Jokowi sendiri sebagai pemenang mendeklarasikan kemenangannya dengan mengajak semua masyarakat untuk kembali bersatu. Tidak ada lagi perpecahan antara 01 dan 02. (Tribun)

Dia juga menyatakan bahwa dirinya sebagai presiden untuk semua rakyat Indonesia. 

Berarti juga sebagai pemimpin bangsa ini tidak akan berbagi kasih dan rasa untuk hanya kepada pendukungnya saja. Semua pembangunan dan pelayanan pemerintah akan dilakukan tanpa memandang lagi pilihan politik sebelumnya.

Di akhir pidatonya dia juga menyapa Prabowo - Sandi sebagai sahabat baiknya yang ia percayai adalah negarawan sejati yang bisa diajak bekerjasama.

Pidato Jokowi ini sangat menyejukkan dan tidak berlebihan. Karena sebagai pemenang bisa saJa dia bersikap pamer dan unjuk kesenangan.

Nampak dia sejak awal ingin merangkul semua karena memang seperti itulah seharusnya sikap seorang negarawan sejati.

Prabowo didampingi Sandi juga menyampaikan pidatonya setelah mendapat kepastian dari MK bahwa tuntutan kecurangan yang dilakukanya telah ditolak.

Dalam pidatonya dia menyatakan bahwa walau berat, tapi mengakui dan menghormati apa yang sudah diputuskan oleh MK. Dia juga mengajak para pendukung dan simpatisannya bersikap yang sama. 

Pidato ini juga cukup menyejukkan karena pastilah cukup berat untuk menerima kekalahan. Apalagi ini sudah yang kesekian kalinya. 

Namun ada sedikit hal yang patut disayangkan dalam pidatonya ini. 

LWalaupun sudah mencoba bersikap ksatria dia masih mengatakan, akan coba lagi untuk menemukan celah konstitusi untuk bisa melanjutkan tuntutannya. Padahal hasil MK seharusnya sudah final dan mengikat.

Pernyataan ini seperti mengatakan bahwa sebenarnya dia belum benar- benar mau menerima dengan ikhlas kekalahannya. 

Sebenarnya hal ini sah - sah saja karena siapapun berhak untuk mencari keadilan. Namun dengan sikap ini mau tak mau mengurangi nilai kenegarawanan yang ada pada diri Prabowo. 

Sebab seorang negarawan sejati memang harus pada titik tertentu mau mengorbankan kepentingan diri dan golongan demi kepentingan seluruh bangsa. 

Dengan sikap ini, tentu saja tidak membantu untuk menenangkan para simpatisannya yang pasti masih banyak yang kecewa. Hal itu berarti juga akan menghambat proses kesatuan dan kohesi sebagai bangsa Indonesia paska Pemilu ini.

Selain hal di atas, juga sangat disayangkan Prabowo tidak mengakui secara gamblang kekalahannya dengan mengucapkan selamat kepada Jokowi. 

Jika hal ini dia ungkapkan maka jiwa ksatria yang sering Prabowo ungkapkan akan lebih nyata.

Memang nampaknya ada kesan seolah ada kesengajaan untuk mengungkapkan pidato dalam situasi paradoksal dan abu - abu. Hal ini juga terlihat pada pernyataan sebelumnya bahwa dia tidak akan menerima hasil dari Pilpres kali ini. (Detik com). 

Bahkan sebenarnya dia juga awalnya Prabowo menolak untuk membawa perkara ini ke MK karena tidak mempercayai lembaga ini. (Kompas com)

Tentu sikap seperti ini sangatlah disayangkan. 

Seharusnya setelah semua proses panjang yang melelahkan dan bahkan menimbulkan korban kerusuhan ini selesai, adalah waktunya untuk saling berangkulan dan bangkit bersama membangun bangsa ini.***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun