Tinggal beberapa jam lagi masyarakat Indonesia akan mengetahui siapa yang dimenangkan MK dalam sidang sengketa Pilpres.Â
Walau masing - masing kubu mengklaim bahwa jagoannya lah yang akan dimenangkan MK namun sampai saat ini hanya para hakim MK lah yang pasti tahu suara mana yang ada dikantong mereka.
Hal yang menarik, kubu Prabowo masih getol berdemo walau sebenarnya secara resmi Prabowo sendiri melarang para pengikut dan simpatisan nya berunjukrasa.
Kubu Jokowi sebaliknya tidak berminat turun ke jalan. Mereka lebih suka tinggal di rumah sambil berkomentar lewat media sosial.
Pasti ada alasan dari para pengikut Prabowo untuk tetap berunjuk rasa. Selain alasan - alasan yang ditunggangkan ke isu sengketa Pilpres ini, seperti menunjukkan eksistensi mereka dan memanfaatkan panggung untuk kepentingan berbeda, pasti juga karena sebenarnya mereka tahu peluang untuk menang memang tidak besar.Â
Dengan berunjukrasa mereka coba menekan para hakim MK lewat penyebaran Opini bahwa kemenangan kubu lawan karena adanya kecurangan dan ketidakadilan.
Untuk kubu Jokowi sendiri, ada keyakinan yang cukup besar bahwa kemenangan sudah ada ditangan. Buat apa berpanas-panasan dan  lelah berteriak di depan MK?
Namun, kedua kubu itu saat ini pasti mempunyai perasaan yang sama, harap - harap cemas akan apa yang menjadi keputusan MK.Â
Karena semua pihak mengetahui bahwa apapun yang diputuskan oleh MK, secara hukum akan final dan mengikat. Artinya apapun hasil keputusan itu tidak bisa lagi diganggu gugat.
Kenyataannya perasaan asa yang masih tersisa di dua kubu ini sangatlah menarik. Karena dengan kecemasan itu sebenarnya secara implisit kedua kubu masih percaya pada independensi, wibawa dan kuasa MK.
Jadi untuk para hakim MK, pakailah harapan dan kepercayaan masyarakat ini untuk memutuskan sengketa Pilpres tersebut dengan seadil - adilnya. Jangan sia - siakan asa yang masih tersisa ini. ***MG