Membaca berkas dakwaan dan dalil yang dipaparkan oleh tim Prabowo, bisa simpulkan betapa banyak bukti yang harus disiapkan oleh mereka untuk menguatkan dakwaan tersebut.
Mau tak mau pertanyaan akan muncul: apakah mereka sungguh memiliki bukti - bukti itu?Â
Mengenai kuantitas saja sudah ada yang diragukan. Dalam sidang pertama, tim Prabowo menjanjikan akan membawa bukti sebanyak 12 truk, namun sampai kemarin (17/05/19) baru 5 truk yang sampai di KPK, padahal waktu memberikan bukti sudah berakhir, kecuali jika hakim memutuskan boleh menambah waktunya.
Selain kuantitas tentu saja diperlukan kualitas dari bukti tersebut. Hanya dengan kualitas yang bagus lah bukti itu menjadi kuat dan akurat.Â
Kita ketahui, dalam berkas dakwaannya, tim Prabowo banyak mengutip link berita sebagai referensi tuduhan mereka. Namun, tentu saja link berita itu tidak mencukupi. Mereka harus mampu menampilkan bukti primer dari bukti sekunder tersebut.
Dalam hal ini, belum apa - apa bukti teoritis yang mengutip pendapat ahli luar negri sudah disangkal sendiri oleh para pakar tersebut. Mereka bahkan memprotes keras karena pendapat mereka dipakai di luar konteks.
Untuk saksi pun nampaknya tim Prabowo belum memberikan secara jelas, siapa saja yang akan ditampilkan dalam sidang MK. Walaupun sudah ada klaim bahwa telah disiapkan 30 orang saksi.Â
Kalau melihat semua ini, ada kekhawatiran bahwa Tim Hukum Prabowo tidak bisa menunjukkan bukti dan saksi seperti yang telah mereka janjikan.Â
Padahal sebagai pendakwa perkara, merekalah yang pertama harus menunjukkan bukti atas tuduhan yang mereka sampaikan.
Jika hal ini sungguh terjadi apa dampak dan konsekwensinya bagi Tim Prabowo?
Dampak pertama tentu saja deretan dakwaan dan dalil itu menjadi bumerang bagi mereka. Karena tanpa bukti, maka segala tuduhan dan dakwaan itu menjadi tidak berguna.
