Kita tentu masih ingat, julukan "petugas partai" yang sempat melekat pada diri Jokowi. Karena dirinya memang bukan tokoh elit partai. Â Namun hal itupun bisa Jokowi tanggulangi.
Kini, di periode keduanya, nampaknya Jokowi lebih percaya diri. Dengan apa yang sudah dicapainya, nampaknya dirinya sudah punya posisi tawar yang lebih kuat.Â
Tentu saja karena ini adalah periode terakhirnya untuk menjadi presiden, dia merasa "nothing to lose" untuk menghadapi resiko politik ke depan.
Apa keputusan dan kebijakan "gila" yang perlu dia lakukan untuk mencapai idealismenya yang tertunda?
Hal pertama tentu saja adalah kita tunggu keberaniannya untuk membentuk kabinet ahli atau Zaken kabinet.Â
Artinya dia sungguh - sungguh memilih para pembantu utamanya dari orang - orang profesional yang mampu dan mau bekerja sesuai dengan bidangnya.
Di periode pertama nampaknya ini tidak terlalu bisa Jokowi lakukan, karena masih ada tawar menawar politik yang harus dia pertimbangkan.
Hal lain yang yang kita harapkan adalah progam - program pro rakyat yang nampaknya harus terus digalakkan seperti: Pembaharuan Agraria, prioritas pembangunan di pedesaan dan perbatasan, hak dan akses masyarakat pada sumber daya alam serta hak- hak masyarakat adat.
Tentu hal yang tidak kalah penting adalah penyelesaian PR masa lalu yang menyangkut masalah HAM dan pelanggaran berat yang selama ini tidak terlalu berani disentuh.
Karena janji Jokowi ini dilakukan di hadapan para tokoh aktivis 98, tentu kiranya Jokowi berani menuntaskan tuntutan para tokoh reformasi itu dengan memberantas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme atau KKN yang sampai saat ini pun masih belum bisa terkikis habis.Â
Janji sudah Jokowi ungkapkan. Moga keputusan dan kebijakan "gila" seperti di atas bisa dia wujudkan demi negara tercinta ini. ***MG