Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Keberatan SBY pada Prabowo dan Sensitivitas Politik

3 Juni 2019   22:45 Diperbarui: 3 Juni 2019   23:10 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: merdeka.com

Sejatinya kunjungan Prabowo ke rumah SBY adalah untuk silaturahmi atas berpulangnya ibu Ani Yudhoyono.

Kunjungan tersebut bermakna ikut prihatin dan berbelasungkawa kepada keluarga SBY yang baru saja ditinggalkan istri dan ibu negara tercinta.

Sebagai kunjungan duka, sudah pasti segala sesuatu dibingkai dalam konteks peristiwa tersebut.

Walau berdasarkan laporan media, dalam pembicaraan antara SBY dan Prabowo disinggung juga pembicaraan politik sekitar proses pasca Pilpres namun hal itu lebih sebagai pewarna daripada pembicaraan utama.

Dalam konteks inilah kemudian terjadi insiden yang tidak diduga. 

Pada saat Prabowo ditanya wartawan mengenai kesannya terhadap ibu Ani Yudhoyono, entah mengapa Prabowo juga mengemukakan pilihan politik almarhumah pada saat Pilpres.

SBY yang mendengar langsung pernyataan Prabowo tersebut kemudian merasa keberatan dan meminta wartawan untuk tidak mempublikasikan apa yang dikatakan boleh Prabowo tersebut.

Dari peristiwa ini dapat dilihat betapa sikap, kata - kata dan perilaku seorang tokoh politik memang harus sangat dijaga. 

Ada hal - hal yang secara ekstra harus dipertimbangkan sebelum diungkapkan. Karena jika tidak dilakukan maka akan terjadi hal - hal yang tidak diinginkan.

Seharusnya Prabowo, dalam hal ini tidak perlu diingatkan bahwa konteks kunjungannya adalah dalam suasana duka. 

Sangatlah tidak tepat jika kesempatan itu dipakai sebagai panggung politik. Apalagi jika hal itu menyangkut pribadi yang sudah berpulang.

Kita sangat bisa mengerti keberatan yang disampaikan oleh SBY. 

Karena dengan mengatakan hal itu, seolah almarhumah dijadikan alat untuk kepentingan politik Prabowo. Tentu hal ini tidaklah etis.

Sebenarnya bukan baru kali ini Prabowo menunjukkan spontanitas yang kurang pada tempatnya.

Kita masih ingat bagaimana dalam masa kampanye tiba - tiba ia membuka baju dan menggebrak podium. Juga saat debat, ia berjoget ria dan marah - marah.

Mungkin ada yang berpandangan bahwa hal ini hanya sebagai sikap spontanitas dari Prabowo. Namun tentu saja hal itu ada batasnya. Karena jika tidak, maka akan menimbulkan reaksi atau akibat yang tidak diinginkan.

Kembali pada insiden di atas. Keinginan baik dan sikap kekeluargaan yang ingin ditunjukkan Prabowo dalam kunjungannya menjadi tertutup oleh kata - kata yang menjadikan SBY tidak berkenan.

Dalam hal ini Sensitivitas rasa dan etika sikap politik memang perlu diperhatikan.***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun