Flamboyan
Kembang Merah di ujung kota
Menunggu sapa angin utara
Atau langkah kuda penarik kereta
Pembawa berita
dan simponi cinta
Flamboyan, kaulah yang dirindukan
sang pengembara
yang menapaki harinya tanpa huru-hara
hingga puncak almamater para ksatria
Jika bungamu jatuh berguguran
dalam semerbak wangi sinar pesona
kau ucapkan selamat datang
pada pengembara berpedati tua
yang tak henti berucap bahagia
karena perjalanan panjangnya tidak sia-sia
berakhir di batas kota
Semarang, 25 Januari 2004
Puisi karya : Susilo Bambang Yudhoyono
Ini adalah sepotong puisi yang pernah ditulis oleh SBY. Puisi ini terinspirasi oleh kembang flamboyan yang tumbuh menghiasi Akademi Militer Nasional Magelang.
Puisi ini memang sarat makna dan bisa diartikan dengan berbagai nuansa warna.
Terasa sekali kutipan syair ini kembali berbicara ketika Presiden Jokowi mengutipnya saat pemakaman ibu Ani Yudhoyono di Makam Pahlawan Kalibata.
"Flamboyan telah pergi, namun akan tetap hidup di hati kita semuanya, rakyat Indonesia yang mencintainya," kata Jokowi melepas kepergian mendiang istri SBY.
Sosok ibu Ani Yudhoyono memang cukup fenomenal.Â
Sebagai ibu negara yang mendampingi Presiden ke 6 Republik Indonesia selama 10 tahun, tentu membawa warna tersendiri bagi sejarah bangsa ini.Â
Dari orbituari yang dibacakan saat pemakaman, nampak lah bahwa beliau bukan hanya menemani Presiden SBY selama bertugas, tapi juga memberikan sumbangsih nya pada bangsa ini.Â
Sederetan penghargaan telah diberikan kepadanya dari berbagai bidang: pendidikan, kesehatan, anak, peran perempuan, jurnalisme dan lingkungan hidup.
Lebih dari semua itu, hubungan kedekatan sebagai seorang ibu untuk anak - anaknya dan sebagai pasangan hidup SBY menginspirasi banyak keluarga di Indonesia ini.Â
Keakraban dan kemesraan antara SBY dan Bu Ani secara gamblang mereka tunjukkan. Suatu sikap yang bisa dijadikan suri teladan bagi banyak pasangan, terutama bagi pasangan muda di Indonesia saat ini.Â
Kesetiaan SBY mendampingi Bu Ani ketika ia menderita sakit pun adalah hal yang sangat menyentuh rasa kemanusiaan kita.
Dari laporan media dan foto - foto yang diunggah nampak sekali ekspresi keduanya yang saling menyayangi dan membutuhkan satu sama lain.Â
Terlihat raut wajah SBY yang berusaha menghibur dan ceria ekspresi Bu Ani yang jelas tidak mau menampakkan sakit yang ia sedang derita. Keduanya nampaknya saling menjaga rasa satu sama lain.
Ekspresi yang paling menyentuh hati, dan menampakkan kedalaman cinta SBY terlihat jelas ketika ia mengumumkan kepergian Bu Ani.Â
Tangisan pilu dari seorang yang merasa ditinggalkan oleh belahan jiwanya sungguh terlihat nyata di raut wajah SBY.Â
Sebagai seorang tentara, tentu hal ini menjadi ungkapan yang sangat nyata bahwa air mata bukanlah hal yang menunjukkan kelemahan dan ketidaktegaran, tapi justru mengekspresikan cinta yang begitu mendalam.
Flamboyan itu telah pergi,Â
namun semerbaknya masih tetap mewangi,Â
dibawa hembusan angin yang semilir abadi.
Selamat jalan Bu Ani.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H