Sumber Gambar: kumparan.com
Kerusuhan 22 Mei itu nyata. Protes yang mereka lakukan juga realita. Namun tak ada yang mau mengakui mereka, termasuk kubu yang jelas sebagai patron dari unjuk rasa yang mereka mereka lakukan.
Hal itu ditegaskan oleh Fadli Zon bahwa masa perusuh bukanlah pendukung Prabowo - Sandi. Mereka hanya masyarakat umum.
Tragis juga, mereka yang merasa diri sebagai pejuang pembela keadilan dan melawan kecurangan, bahkan sampai ada korban jiwa tidak diakui oleh siapapun.
Kalau diibaratkan para pejuang samurai, mereka adalah "Ronin".
Menurut Wikipedia, Ronin ( rnin) atau rshi adalah sebutan untuk samurai yang kehilangan atau terpisah dari tuannya pada zaman feodal Jepang (1185-1868). Samurai menjadi kehilangan tuannya akibat hak atas wilayah kekuasaan sang tuan dicabut oleh pemerintah.
Sebagai "Ronin" mereka nampaknya harus menanggung segala akibat perbuatan mereka sendiri tanpa ada yang peduli.
Namun sebenarnya penyangkalan dari kubu Prabowo ini juga rasanya tidak tepat. Ada beberapa hal bisa ditunjukkan bahwa secara faktual terdapat benang merah yang bisa ditarik antara para perusuh dengan kubu Prabowo.
Dalam hal ini dapat dikatakan, "tak ada asap tanpa adanya api". Para perusuh itu tentu tidak akan punya panggung dan momentum jika Prabowo sejak awal tidak bersikap ambigu.Â
Memang dia telah memberikan himbauan bahwa kalau berunjuk rasa dengan damai. Juga mengatakan jika ada yang buat rusuh, mereka bukanlah kawan.Â
Namun pernyataan ini tidak secara tegas melarang para pendukung fanatiknya untuk tidak perlu berunjukrasa karena secara resmi kubunya telah menempuh jalur hukum ke MK.Â
Dalam kondisi waktu itu, penegasan seperti ini sangatlah diperlukan karena pihak kepolisian sudah mengingatkan bahwa ada indikasi kuat unjuk rasa akan ditunggangi oleh perusuh dan teroris.Â
Peringatan ini bukan isapan jempol saja, karena polisi sudah menangkap banyak teroris dalam waktu yang berdekatan dan berdasarkan interogasi, mereka memang mau menggunakan momen unjuk rasa "People power" 22 Mei sebagai panggung mereka.
Publik juga mengetahui, pada saat terjadi kerusuhan ada mobil ambulans yang berlogo partai koalisi menjadi alat pengangkut batu dan peralatan bagi perusuh.
Pun tak bisa dipungkiri semua kejadian itu diawali dengan seruan - seruan provokasi dan agitasi yang terus menerus dilancarkan pada saat kampanye.Â
Apalagi saat ini polisi sedang menangani beberapa oknum perusuh yang sudah dijadikan tersangka, dan mereka punya hubungan secara khusus dengan kubu Prabowo.
Jadi tidak tepatlah jika pihak BPN menolak mengakui bahwa para perusuh itu adalah pendukungnya. Karena pada saat melakukan aksi, mereka adalah bagian yang ikut menyuarakan konsern dan kepentingan pihak BPN.
Memang tanggung jawab pada saat melakukan pelanggaran hukum adalah tanggungjawab individu. Namun jangan juga pihak - pihak terkait cuci tangan dan mengorbankan para "Ronin" tersebut seolah mereka secara spontan bergerak begitu saja. ***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H