Sambil mempersiapkan semua itu, kami tetap memantau perkembangan yang terjadi di tanah air. Kami tidak ingin, pada saat unjuk rasa yang sudah direncanakan, ternyata sebelumnya Soeharto sudah jatuh.Â
Agak mengejutkan bahwa surat ijin unjuk rasa dari pemerintah kota Roma dengan mudah kami dapat. Semula kami pikir sulit mendapatkannya karena unjuk rasa itu diadakan di tengah kota Roma.
Ya, kami memilih lokasi demonstrasi di Piazza Venezia, di tengah kota abadi Roma.
Berdasarkan informasi dari tanah air, kami merencanakan demonstrasi pada tanggal 20 Mei 1998.Â
Dengan membawa spanduk dan atribut demonstrasi kami sangat bersemangat meneriakkan tuntutan - tuntutan yang sama dengan para mahasiswa di tanah air.Â
Demonstrasi kami di jaga ketat oleh polisi kota Roma sehingga kami bisa berunjuk rasa dengan aman. Â Suasana yang sangat kontras dengan demonstrasi mahasiswa di tanah air yang kadang dikejar, dipukuli, ditembakkan kanon air dan gas air mata.
Akhirnya sejarah mencatat, satu hari setelah kami unjuk rasa Soeharto menyerahkan kekuasaannya pada Habibie.Â
Terus terang ketika itu terjadi, rasanya seperti mimpi. Hampir tidak percaya bahwa Soeharto yang waktu itu nampaknya masih sangat kuat mau menyerahkan kekuasaannya begitu cepat.Â
Penulis percaya, pasti tangan Tuhan ikut berperan dalam proses reformasi tersebut. Sangat sulit dibayangkan kalau Soeharto bersikeras bertahan dan menggunakan kekuatan penuh militer, pasti akan banyak korban berjatuhan di kalangan mahasiswa dan sipil.Â
Dan kami yang berunjuk rasa baru tahu bahwa pada saat kami unjuk rasa intelijen Indonesia ternyata memata - matai kami.Â
Setelah Soeharto jatuh, kami dapat kabar dari seseorang di kedutaan Indonesia yang mengatakan  bahwa jika Soeharto tidak jatuh, maka ada beberapa orang di antara kami tidak akan bisa kembali ke Indonesia.