Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Bibit People Power Mulai Ditaburkan?

18 April 2019   12:03 Diperbarui: 18 April 2019   12:18 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat hasil Quick Count yang tidak diakui boleh Prabowo, kemudian dia juga mengklaim menang atas dasar real count internal, kita jadi ingat pernyataan Prabowo sebelumnya, "Hanya Kecurangan lah yang dapat mengalahkan" dirinya.

Pernyataan ini kemudian diteruskan oleh Amin Rais bahwa jika terjadi kecurangan maka kubu Capres 02 tidak akan membawanya ke MK, tapi akan melakukan People Power.

Kedua pernyataan ini lalu mendapat kelanjutan dari ketua Alumni 212 yang mengajak para pendukungnya untuk melakukan sujud syukur di Mesjid Istiqlal dan Monas.

Kalau dilihat dengan saksama, ketiga hal ini sepertinya adalah rangkaian reaksi dari satu strategi yang sama, yakni mau mendelegitimasi KPU dan hasil Pemilu. 

Dengan rencana melakukan gerakan masa, ancaman People Power yang dikatakan oleh Amin Rais mulai menampakkan wujudnya. Ibarat badai,  bibit - bibit angin people power itu sepertinya mulai ditaburkan.

Alasan mereka untuk tidak mempercayai hasil Quick Count, lalu melakukan  gerakan masa untuk mengklaim kemenangan adalah logika melompat yang sengaja mereka buat untuk menciptakan kekacauan. 

Jika mereka memang ingin pemilu ini damai maka ketidak percayaan pada Quick Count cukup diwujudkan dengan menunggu hasil final real count dari KPU. 

Namun memang tujuannya bukan hanya itu. Ini patut diduga sebagai skenario untuk mendelegitimasi bukan hanya hasil pemilu tapi juga institusi KPU itu sendiri. Hanya dengan demikianlah mereka bisa membatalkan kemenangan dari Jokowi.

Tentu situasi dan cara ini sangat tidak kita harapkan. Sebenarnya, kalau mereka patuh akan pesan Prabowo yang menekankan dan mengingatkan para pendukungnya untuk tidak melakukan kekerasan dan provokasi, pengerahan masa alumni 212 itu juga tidak akan mereka lakukan, karena jelas hal tersebut akan menimbulkan keresahan.

Kita tunggu sekali lagi kenegarawanan sosok Prabowo. Apakah dia bisa mendinginkan para pendukungnya. Jika itu tidak dia lakukan, maka orang akan curiga bahwa dia bermain di dua muka. 

Satu muka sikapnya untuk bersabar dan tidak provokatif, tapi muka lain adalah merestui terjadinya provokasi dengan mengijinkan Alumni 212 melakukan pengerahan masa ke Istiqlal dan Monas.

Kita harapkan semoga bibit angin yang mau ditaburkan ini tidak menjadi badai. Karena kalau itu terjadi semua akan rugi.*"*MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun