Baca juga: Jangan Ditanya Dari Mana Angka Kemenangan 25 % Prabowo.
Karena sikapnya ini ada beberapa peristiwa tragis yang dialami oleh Prabowo.Â
Baru - baru ini, dia yang sangat percaya bahwa Ratna Sarumpaet dianiaya padahal babak belurnya wajah Ratna karena operasi plastik, melakukan konferensi pers mengenai hoax itu. Ya, penganiayaan itu memang terbukti sebagai kabar bohong atau hoax.
Sehubungan dengan angka elektabilitas, kita tentu masih ingat di periode Pilpres yang lalu Prabowo sempat sujud syukur atas kemenangan nya karena informasi salah satu lembaga survei, walau hasil lembaga tersebut berbeda dengan banyak lembaga survei lain.
Pengalaman - pengalaman tragis ini rupanya tidak mempengaruhi cara pandang Prabowo terhadap data dan menjadi trauma akan laporan internal dari koleganya.
Dalam hal ini ada pernyataan kontras Prabowo saat debat Capres yang lalu, di mana dia sangat kritis terhadap laporan Asal Bapak Senang atau ABS.
Sepertinya ada semacam filter yang secara otomatis dipakai Prabowo dalam menerima informasi dan data yang sampai padanya.Â
Pada diri Prabowo ada kecenderungan dan kesan bahwa "jika data atau info itu tidak sesuai dengan harapannya" maka data dan informasi itu tidak benar dan diabaikan. Meskipun data dan informasi itu hampir sama dengan banyak data lain.Â
Sikap seperti ini, sebagai calon pemimpin cukup mengkhawatirkan. Karena posisi seorang presiden memang harus memutuskan banyak kebijakan.Â
Sikap tidak percaya data resmi dan hanya mau mendengarkan data dan informasi yang dia suka, tentu akan membuat keputusan - keputusan yang dia ambil menjadi bias. Pada batas tertentu situasi ini bisa membahayakan bangsa dan negara.Â
Sikap curiga yang kurang berdasarpun bukanlah sikap positif seorang pemimpin bangsa.