Kita lihat saja perbandingan photo dari dua  kampanye dari kedua kubu yang kebetulan diambil di lokasi yang sama pada saat kampanye di Makassar.
Selain pengaruh efek photo dan subyektivitas, kerumunan itu juga sulit dipastikan apakah memang semuanya pasti akan mencoblos Capres yang mereka ikuti pada saat kampanye?
Ada banyak faktor yang menjadikan hal ini bias. Bisa saja yang datang hanya ingin ikut keramaian. Mereka ingin menyaksikan hiburan. Apalagi pada saat kampanye terbuka hampir pasti diramaikan oleh artis dan penyanyi.Â
Dalam kondisi politik saat ini, di mana juga marak bisnis organizer keramaian, maka kenyataan bahwa banyaknya kerumunan itu sebagai hasil kerja mobilisasi tim organizer, tentu tidak bisa diabaikan.Â
Dan menurut penulis dengan melihat faktor tersebut, maka banyaknya kerumunan lebih membuktikan bahwa hal itu adalah bukti keberhasilan organizer keramaian, daripada membuktikan mereka adalah benar pendukung fanatik capres bersangkutan.Â
Juga masuk dalam pertimbangan adalah tingkat fanatisme anggota partai. Ada partai yang harus diakui memiliki fanatisme tinggi sehingga setiap acara mereka memang ramai diikuti. Sebaliknya partai yang anggotanya kurang fanatik, akan diikuti oleh sedikit masa.
Namun hal ini juga tidak bisa dijadikan kriteria pasti. Karena kelompok pemilih yang jauh lebih besar bukanlah anggota aktif dari partai manapun. Dan kelompok mayoritas ini mungkin saja tidak suka keramaian dan ikut kampanye terbuka.
Jadi dalam hal ini, jika ditanya antara hasil survei Lembaga independen dan bukti banyak nya kerumunan, penulis lebih memilih hasil prediksi lembaga survei.
Bagaimana dengan anda?***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H