Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Strategi Karnaval dan Pesta Jalanan Jokowi

24 Maret 2019   20:33 Diperbarui: 24 Maret 2019   21:07 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini adalah hari pertama kampanye terbuka. Masing masing Capres langsung bergerak. Waktu yang hanya tersisa beberapa hari membuat kedua Paslon tidak bisa berleha - leha. Ibarat lari maraton, ini adalah putaran terakhir untuk mencapai garis finis.

Tentu masing - masing Capres dan timnya harus mengeluarkan strategi pemungkas nya untuk memenangkan perlombaan ini.

Jokowi rupanya punya strategi tersendiri untuk melakukan kampanye terbuka ini. Dia mau kampanye ini sungguh merupakan pesta demokrasi. Pesta kegembiraan. 

Tema yang ia angkat adalah pesta karnaval jalanan dan budaya.

Biasanya kampanye terbuka ini diisi dengan orasi politik yang diselingi dengan hiburan, biasanya dangdut. Untuk kali ini Jokowi memulai kampanye, tidak langsung orasi di atas panggung tapi melakukan dengan pesta karnaval jalanan dulu untuk menuju ke panggung di lapangan.

Perwujudan dari hal itu, Jokowi naik kereta kuda ketika mengadakan kampanye pertamanya di Tangerang, Banten.

Tentu Jokowi punya alasan tersendiri mengapa dia melakukan kampanye dengan cara itu. 

Harus dikatakan sudah berbulan - bulan bahkan sebelum masa kampanye resmi dimulai, terasa sekali bahwa hawa panas, nuansa negatif dan perpecahan mewarnai pesta demokrasi ini. Saling serang dan ejek antara dua kubu berlangsung seru.

Bahkan dalam beberapa kesempatan, para tokoh politik dari kedua kubu memaknai pesta demokrasi ini sebagai perang dan Armageddon. 

Suatu ungkapan bahwa kedua pihak sedang berhadapan bagai dua pasukan musuh yang sedang bertikai dan saling bunuh. Fitnah, hoax dan kampanye hitampun meracuni dan menyesakkan ruang kampanye kita.

Tentu suasana ini bukanlah hal yang kita harapkan bersama. Kita ingin bahwa pemilu ini sungguh merupakan suatu pesta demokrasi yang damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun