Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kaum Terpelajar Tak Dukung Jokowi

19 Maret 2019   19:54 Diperbarui: 19 Maret 2019   21:21 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dicicilaja.com

LSI baru saja merilis hasil Survei mereka. Salah satu hasil yang diperoleh adalah mayoritas kaum terpelajar tidak memilih Jokowi.

Hasil survei itu menunjukkan bahwa 45,4 persen memilih Prabowo-Sandi. Sementara, kalangan terpelajar yang memilih pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin jumlahnya 36,1 persen. 

Kemudian, ada 1,8 persen suara tidak sah. Jumlah kaum terpelajar ini adalah 9,3% dari keseluruhan responden yang dikaji. 

Berbeda dengan kalangan bawah atau wong cilik. Dari survei ini yang masuk kategori wong cilik adalah yang punya penghasilan kurang dari 2 juta rupiah perbulan. Jumlahnya 49,3% dari responden.

Hasilnya, 63,7 persen responden menyatakan mendukung Jokowi-Ma'ruf.

Sementara, 27,4 persen responden wong cilik mendukung pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Kemudian, ada 0,3 persen suara tidak sah dan 8,6 persen yang menyatakan rahasia atau tidak ingin menjawab.

Memang secara keseluruhan hasil survei lembaga ini menunjukkan pasangan Jokowi-Ma'ruf unggul dengan angka 58,7%, sedangkan pasangan Prabowo-Sandiaga mendapat 30,9%.

Hasil survei ini sangat menarik. Terutama terlihat bahwa kaum terpelajar yang bisa dikatakan sebagai kaum elit di negara ini ternyata tidak ingin Jokowi melanjutkan pemerintahannya ke periode berikut.

Sementara kaum wong cilik, adalah masyarakat kebanyakan justru secara mayoritas mendukung pemerintahan Jokowi. 

Bagaimana kita membaca fenomena ini?

Ada beberapa faktor yang bisa diperkirakan menjadi alasan mengapa hal itu bisa terjadi.

Untuk dukungan wong cilik pada petahana, pertama bahwa program dan pembangunan yang dilakukan oleh Jokowi sungguh dirasakan oleh masyarakat bawah. Sekaligus juga menunjukkan keterpihakan Jokowi memang untuk kalangan tersebut.

Memang hampir semua program ekonomi yang dilakukan Jokowi diperuntukkan bagi mereka yang digolongkan punya ekonomi lemah dan masyarakat pinggiran. 

Sebut saja, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dana bagi ibu-ibu Mekar, dan akan diluncurkan lagi kartu Kuliah, Kartu Sembako Murah dan Kartu Pra Kerja. 

Dana yang saat ini mengucur ke desa dalam jumlah yang sangat besar telah membuat pembangunan tingkat desa berkembang pesat.  Hal itu menyangkut pembangunan infrastruktur jalan, modal ekonomi dan inovasi pedesaan. 

Masyarakat yang tinggal di pedesaan juga mayoritas adalah wong cilik.

Termasuk dalam program wong cilik ini juga ialah program satu harga premium sampai ke pelosok Indonesia. 

Fokus pembangunan Jokowi yang diarahkan ke luar Jawa dan wilayah perbatasan tentu saja sekali lagi banyak dinikmati oleh kalangan bawah ini. 

Dengan program - program seperti ini nampaknya membuat kalangan bawah ingin supaya progam yang menyentuh kehidupan dan mengangkat harkat dan martabat mereka ini berlanjut.

Sebaliknya, masyarakat menengah dan atas kurang merasakan program - program seperti ini. Dengan batasan dan kriteria bahwa penerima program - progam tadi yang berpenghasilan rendah, maka secara otomatis mereka tidak berhak untuk menikmatinya.

Faktor lain yang dapat ditengarai sebagai akibat dari perbedaan pilihan ini adalah faktor perbaikan governance atau tata kelola pemerintahan.

Diakui maupun tidak, perbaikan tata kelola dan birokrasi yang cukup gencar dilakukan oleh pemerintahan Jokowi membuat mereka yang selama ini menikmati bisnis"kekacauan" merasa kehilangan rejeki. 

Mereka itu umumnya adalah dari kalangan menengah ke atas atau bisa digolongkan sebagai kaum terpelajar.

Merujuk survei Charta Politica per Desember 2018, sebanyak 40,4 persen PNS mendukung Jokowi dan 44,4 persen ke Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Adapun pegawai desa/kelurahan yang memilih Jokowi-Ma'ruf sebesar 30,8 persen dan 53,8 persen mendukung Prabowo-Sandi.

Walaupun di era Jokowi ASN dinaikkan gajinya beberapa kali, juga gaji ke 13 dan bahkan 14 diberikan. Juga aparat desa dinaikkan insentif mereka. 

Namun nampaknya hal itu tidak membuat kalangan ini puas. Ini juga menunjukkan "bisnis kekacauan" jauh lebih besar dan sangat menggiurkan.

KPK yang semakin galak dengan dukungan pemerintah Jokowi yang tidak kompromi dan tidak mau mengintervensi, adalah juga faktor tambahan yang membuat kalangan elit ini menjadi ketakutan.

Mungkin kita bisa bertanya. bagaimana dengan dukungan dari para alumni pelajar dan universitas yang akhir - akhir ini gencar dilakukan? 

Ya, pasti hal itu berpengaruh, namun dari hasil survei ini menunjukkan hal itu tidak signifikan.  Artinya mereka yang mendukung itu masuk kalangan minoritas dari kalangan terpelajar.

Dari hasil survei ini dapat disimpulkan bahwa pendukung Jokowi adalah barisan wong cilik dan kelompok minoritas kalangan terpelajar. 

Apakah hal ini berarti para pendukung petahana ini harus merasa rendah diri? 

Tentu tidak. Justru, dengan melihat faktor - faktor penyebab mengapa mayoritas kaum wong cilik mendukung Jokowi dan hanya minoritas kaum terpelajar yang berada dibarisan yang sama, maka para pendukung Jokowi seharusnya tidak perlu merasa minder untuk tetap berada di belakang sang petahana. 

Walaupun untuk lawan politik dianggap sebagai wong cilik dan tidak terpelajar, dan dianggap golongan minoritas sebagai kalangan terpelajar, namun justru hal itu menjadi kebanggaan. 

Bangga karena mendukung orang yang menunjukkan keterlibatan serta  keberpihakan yang konkrit pada wong cilik, masyarakat pinggiran dan pedesaan serta kalangan yang selama ini hanya bisa menikmati remah-remah pembangunan.

Bangga kerena ikut mendukung  Pemerintah sekarang ini yang sedang membangun sistem tata kelola yang baik, berkeadilan, transparan dan anti korupsi. 

Diyakini bahwa ini semua adalah  fondasi yang kuat bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa ini di masa depan***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun