Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lembaga Survei Perlu Penilaian Independen?

9 Maret 2019   13:07 Diperbarui: 9 Maret 2019   13:34 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Bangkapos.com

Nampaknya semakin dekat ke hari pencoblosan, suasana politik kita semakin panas. Prediksi siapa yang bakal memenangkan kontestasi dari berbagai lembaga survei menambah minyak pada api yang sudah membara. 

Adalah LSI yang memberikan hasil survei dengan pernyataan bahwa pasangan Prabowo semakin ketinggalan oleh pasangan Jokowi. Bahkan lembaga survei ini mengklaim bahwa trend tersebut menunjukkan Jokowi hampir pasti menang di hari pencoblosan nanti.

Tentu para pendukung Prabowo keberatan dengan hasil tersebut. Bahkan mereka menuduh LSI sudah dibayar oleh tim Jokowi untuk menghasilkan angka itu.

Pihak LSI pun pasti membantah dengan mengatakan tidak mungkin LSI mengorbankan kredibilitas nya sebagai lembaga survei yang sudah cukup lama melakukan kegiatan prediksi politik ini. 

Sebenarnya kalau dilihat hasil lembaga - lembaga survei yang cukup kredibel, hasil LSI memang hampir sama.

Namun, nampaknya memang perang hasil survei adalah  salah satu strategi yang dipakai. 

Kelompok Prabowo seolah mendapat dukungan ketika baru - baru ini juga sebuah lembaga Survei yang baru kita dengar SPIN, dengan hasil Prabowo dan Jokowi hanya punya selisih kecil yakni 8 %. Suatu hasil yang agak berbeda dengan hasil lembaga survei kawakan lainnya.

Hasil survei Lembaga SPIN hampir sama dengan angka prosentase dari satu lembaga baru lainnya INDOMATRIK. Lembaga yang dipimpin oleh salah satu pimpinan lembaga survei Puskaptis, yang pada pilpres 2o14 lalu, dalam quick count adalah satu - satunya lembaga survei yang memenangkan Prabowo sehingga Prabowo dan pasangan nya waktu itu sempat bersujud syukur.

Mendapatkan angin segar seperti ini, tim pemenangan Prabowo tentu tambah semangat,  malahan mereka juga kemudian mengklaim bahwa hasil survei sebuah lembaga asing mengatakan elektabilitas Jokowi sudah ketinggalan. 

Namun ketika ditanya apa nama lembaga tersebut. Tim pemenangan Prabowo menolak memberitahu karena takut kalau lembaga tersebut nantinya di bully. Suatu alasan yang agak aneh dan patut dipertanyakan kebenarannya.

Ini adalah gambaran, betapa hasil survei bisa digunakan sebagai alat perang dalam strategi pemenangan Pilpres. Padahal sebenarnya, survei adalah sebagai alat prediksi. Memang sebagai kegiatan ilmiah, survey bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. 

Menjadi persoalan besar jika kemudian lembaga survei tersebut bisa "dibayar". Kegiatan obyektif ilmiah menjadi ajang persaingan tidak sehat. Bahkan bisa menjadi sumber pertikaian dan kerusuhan.

Memang lembaga survei sudah harus lolos dari proses sertifikasi dari pihak KPU. Namun juga harus ada lembaga independen untuk menilai hasil survei. Tidak boleh ada lembaga yang "disembunyikan". Dengan itu setiap hasil survei harus dipertanggungjawabkan. Dan jika ada hal yang mencurigakan lembaga independen itulah yang bisa menilai. 

Bahkan perlu ada sanksi tegas jika terbukti, lembaga survei itu mempermainkan datanya.

Hanya dengan demikianlah sebenarnya lembaga survei bisa mendukung dan mendorong kehidupan demokrasi kita semakin baik. Jika tidak, justru bisa menimbulkan pertikaian yang tidak kita inginkan.***MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun