Aku Politikus Busuk. Mau tahu apa yang saya pikirkan setiap hari? Tidak lain tidak bukan, bagaimana mendapatkan keuntungan dari posisi yang sekarang aku emban. Setiap peluang untuk mendapatkan uang pasti ku embat. Tidak perduli bau harum atau busuk uang itu.
Hal ini sangat perlu untuk menjaga posisiku. Karena untuk mempertahankan posisi ini hanya ada satu amunisi: fulus supaya aku bisa lolos.
Track record dan prestasi? Ah, itu hanya ilusi. Mau bukti? Coba tunjukkan kepadaku siapa yang bertahan dalam posisi sebagai wakil rakyat berulangkali karena prestasi. Mungkin ada tapi itu tidak seberapa. Yang pasti sebagian besar yang langgeng adalah yang berpenampilan pintar bermanuver dan mentereng.
Pintar? Ya sudah pasti. Tapi bukan pintar secara intelektual namun cerdik untuk mencari celah korupsi dan kolusi. Ini memang harus jadi bakat alami, karena kalau tidak akan terciduk dan berada di balik jeruji.
Modal dasar lain adalah muka tembok. Ini prasyarat hakiki. Karena harus siap dibully sebab tidak punya prestasi. Tidak apa dianggap sebagai badut politik. Toh banyak orang yang justru menyukai hal ini.
Sikap tebal muka ini juga harus dipupuk untuk bisa dengan mudahnya mengumbar janji tanpa harus memikirkan strategi untuk memenuhi. Kalau ditanya bukti paling hanya perlu bersikap tidak peduli dan bahkan menambah janji lagi yang lebih tinggi.
Bisa berpuisi adalah tambahan hobby yang perlu ditekuni. Dalam hal ini tidak perlu ahli dalam bermain kata - kata, karena yang penting bisa nyinyir dan mencerca.
O ya, nyinyir adalah satu bakat lagi yang sungguh harus diasah ketajamannya. Karena bisa mengomentari setiap informasi dari sudut yang tidak masuk akal dan irasional sungguh bukanlah hal yang mudah. Dan syukur lah banyak media yang suka dengan komentar yang tidak punya logika dan fakta.
Menu tambahan dari nyinyir ini adalah pintar bersilat kata. Sungguh hal ini tak perlu logika. Semakin tidak sesuai fakta, semakin banyak orang yang mengutipnya. Ssst...ini suatu rahasia, semakin banyak kritik dan komentar di medsos dan media, berarti suaraku semakin menggema. Setiap komentar ku pasti di tweet dan dikomentari berjuta pembaca.
Komentar tanpa data? Ah, itu kan bagi mereka yang punya logika. Kelompok pendukung ku memang orang yang tidak punya otak di kepala. Cukup data - data kadaluarsa dan permainan kata - kata, mereka sudah percaya.
Membuat janji adalah juga suatu rumus yang tetap harus dipakai. Jangan takut jika janji itu terlalu tinggi dan pasti tidak bisa ditepati. Karena yang penting kan untuk mendapatkan kekuasaan. Begitu kekuasaan itu didapat aku bisa bersikap tidak peduli.