Akhir - akhir ini ada fenomena menarik dengan sikap JK. Sejak menjadi wakil Jokowi sampai sebelum masa pilpres suaranya jarang terdengar. Padahal hal itu sebenarnya bukanlah karakter JK. JK adalah pribadi yang mudah dan suka berbicara.
Mungkin sikap ini adalah cara JK untuk menjawab kekhawatiran ketika dia kembali menjadi wakil presiden setelah sebelumnya pernah di posisi serupa pada saat SBY menjadi Presiden.
Waktu itu ada tuduhan bahwa JK tampil terlalu dominan sebagai wakil presiden sehingga ibarat ada matahari kembar di pemerintahan masa itu.
Selain bersikap tidak menonjol, komentar JK pun, jika berbicara dengan media, selalu membela kebijakan Jokowi. Juga ketika Jokowi sedang berhadapan dengan lawan politik nya.
Sikap itu mendadak berubah beberapa waktu ini. Tiba - tiba JK lebih sering bersuara. Bahkan juga mengkritisi kebijakan Jokowi di depan media.
Sang wapres mengkritik pembangunan infrastruktur yang sedang dibangun: mengenai jalan kereta api di Sulawesi yang dikatakan mubasir, LRT yang terlalu mahal.Â
Kritik ini terdengar aneh. Pertama beliau sebagai Wapres adalah bagian dari pemerintahan ini. Berarti adalah juga punya peran untuk mengambil kebijakan.Â
Kedua, seandainya pun memang ada yang perlu diperbaiki, dia bisa langsung berbicara dengan Presiden, dan bukannya ke media.Â
Komentar lain yang penulis nilai berseberangan adalah ketika seolah dia memberikan peluru pada pihak Prabowo.Â
Saat Jokowi mengkritisi Prabowo karena memiliki lahan luas sementara dalam programnya menuduh Presiden saat ini tidak punya perhatian pada mereka yang tidak punya lahan garapan, JK justru memberikan statement, ' apa salahnya punya lahan luas' yang ditambah pengakuan, "sayalah yang memberikan lahan itu pada Prabowo".
Fakta - fakta ini pastilah membuat orang curiga. Setelah JK tidak mungkin bagi menjadi Wapres nampaknya dia sudah mulai pecah kongsi.
Memang setelah mengkritisi Jokowi, JK lalu mendeklarasikan dukungan ke Jokowi dengan mengerahkan relawannya. Namun hal ini tetap tidak bisa menutupi kecurigaan di atas.Â
Paling orang akan berpikir, jika pun tidak pecah kongsi, JK sudah siap untuk kembali menjadi pengusaha yang harus dekat dengan siapapun supaya bisnisnya aman. Jadi mulai bermain di dua kaki.
Mana yang benar? Tentu hanya JK yang tahu. Penulis hanya menyayangkan manufer JK. Dengan posisi dan peran beliau yang adalah seyogyanya sebagai negarawan, sebaiknya JK meniru langkah mantan pejabat seperti BJ Habibie yang walaupun tidak duduk lagi sebagai pejabat, tetap mendukung dengan masukan dan pencerahan demi kejayaan bangsa ini.***MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H