Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilpres 2019: Jokowi Berpasangan dengan Prabowo, Mungkinkah?

28 Juli 2017   16:43 Diperbarui: 29 Juli 2017   16:21 2068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ide tulisan ini muncul karena saya melihat status Facebook seorang teman yang memasangkan Jokowi dan Probowo sebagai calon Pilpres 2019. Saya tertarik dengan pemikiran out of box ini karena karena setelah dipikirkan lebih mendalam hal itu bukannya sesuatu yang mustahil. Mengapa?

Alasan pertama tentu saja karena ini adalah ajang atau dunia politik, di mana sudah jadi pepatah umum di dunia politik "Tidak ada musuh atau lawan yang abadi". Dan itu sudah berulang kali terjadi di kancah perpolitikan Indonesia. Tokoh politik yang berseberangan bisa saja berpelukan, partai politik yang saling serang lalu saling dukung. Ini memang dunia khas perpolitikan Indonesia, di mana partai didirikan tidak berdasarkan idealisme idiologi. Semua jadi cair, tergantung kepentingan partai dan tokoh politik tersebut. 

Alasan berikut adalah dengan melihat sejarah partai pendukung Jokowi dan Prabowo. Masih segar diingatan kita pada pilpres 2009 Megawati berpasangan dengan Prabowo dalam kancah perebutan kursi presiden. Kedua partai ini justru menjadi berseberangan karena pada Pilpres yang lalu PDIP tidak mau mendukung Prabowo, yang kemudian dianggap Gerindra sebagai pegkhianatan terhadap janji PDIP sebelumnya. Dan ini menjadi bumbu yang terus digoreng sehingga semakin panas hingga kini.

Alasan yang paling kuat justru dengan melihat hubungan pribadi Jokowi dan Prabowo. Pada banyak kesempatan mereka menunjukkan keakraban, bahkan pada saat Jokowi perlu dukungan politik karena hangatnya Pilkada DKI yang lalu,  Prabowolah yang pertama dia temui. Kedua pribadi ini nampaknya bisa saling isi.

Dari alasan ini sebenarnya sudah cukup mendukung argumentasi bahwa ada kemungkinan Jokowi berpasangan dengan Probowo. Namun supaya hal ini benar-benar bisa terwujud, ada juga syarat yang harus terpenuhi.

Pertama, masing-masing partai pendukung melihat bahwa dengan berpasangnya Jokowi dan Prabowo, maka kedua partai bisa mendulang suara yang cukup signifikan. Karena untuk partai kepentingan mendapat suara ini sangat besar. Tentu hal ini tidak akan terjadi kalau PDIP sangat yakin bahwa Jokowi cukup untuk mendulang suara walau tidak dipasangkan dengan Prabowo seperti Pilpres yang lalu. Sebaliknya, Gerindra sendiri juga tidak yakin kalau suara yang diraih partainya ditambah dengan koalisi yang sudah pasti mau bergabung sudah cukup untuk mencalonkan Prabowo. 

Syarat lain adalah Prabowo mau mengubur keinginannya untuk menjadi Presiden, karena realitas politik saat ini hampir tidak mungkin Jokowi ditempatkan sebagai wakil. Kemungkinan ini sangat mungkin karena ada faktor yang tidak bisa dilawan oleh Prabowo yakni usia. Jika Prabowo gagal lagi pada Pilpres berikut, maka hampir tidak mungkin dia mencalonkan lagi pada Pilpres 2024. Usianya sudah semakin senja.

JIka ini benar terjadi kemungkinan bangsa ini bisa lebih banyak berhemat rasa, emosi dan pertikaian yang selama ini membakar para pendukung kedua kubu. Sehingga lebih banyak energi positif untuk membangun bangsa ini secara bersama-sama.

Kembali, ini adalah prediksi liar. Namun hal ini bukan tidak mungkin, terutama dengan kondisi perpolitikan di Indonesia saat ini, di mana sikap oportunis masih sangat kental. Apalagi pilihan-pilihan tak terduga adalah ciri khas dari sepak terjang para tokoh politik yang sedang berpengaruh. Pilkada DKI adalah salah satu bukti dari pilihan-pihan tak terduga ini.

Namun diluar prediksi-prediksi seperti ini sebenarnya penulis secara pribadi menginginkan para partai dan tokoh politik sungguh memikirkan segala strategi untuk mendapat kekuasaan bukan terutama karena ambisi dan kepentingan partai atau kelompok, tapi benar-benar kepentingan rakyat. Dengan kata lain, penulis sangat harapkan siapapun yang mencalonkan diri menjadi Presiden pada ajang demokrasi berikut adalah seorang negarawan bukan petualang. 

Nah dengan kriteria terakhir ini apakah akan terjadi pasangan Jokowi dan Prabowo atau justru muncul tokoh lain? Silahkan buat prediksi lain....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun