[caption id="attachment_354577" align="aligncenter" width="460" caption="Perempuan Anti Korupsi/www.detik.com"][/caption]
Hari ini adalah hari Wanita sedunia. Ada berbagai kegiatan yang dilakukan untuk merayakan hari ini. Salah satunya dilakukan oleh para wanita anti korupsi di Jogya dengan melakukan gelar Aksi Cuci Bersih Korupsi.
Aksi ini sungguh punya makna simbolis yang sangat dalam. Ya, jika para ibu sudah mulai bersuara, berarti masalah yang dihadapi bukanlah hal yang biasa. Suara mereka bisa mendatangkan revolusi yang sangat berarti.
Ingat apayang terjadi pada tahun 1998 awal pergerakan reformasi dimana ibu-ibu yang menamakan diri Suara Ibu-ibu Peduli (SIP) memprotes secara masif harga-harga pangan yang pada saat krisis ekonomi waktu itu membumbung tinggi. Dalam kondisi saat itu, di mana Soeharto masih berkuasa adalah tindakan yang sangat berani. Bahkan tiga pimpinan mereka sempat ditahan polisi. Boleh dikatakan, tindakan berani para ibu-ibu itulah menjadi salah satu penyebab terjadinya perjuangan reformasi 1998 yang meruntuhkan pemerintahan Orde Baru di bawah regim Soeharto.
Tentu situasi saat ini berbeda, namun sebenarnya krisis dan kondisinya hampir serupa. Krisis ekonomi yang menyebabkan para ibu bergerak dahulu, pasti memiliki semangat yang sama pada saat ini. Masalah korupsi tidak kurang penting dari krisis ekonomi yang melanda dahulu, malahan kalau dilihat lebih dalam krisis ekonomi yang dahulu terjadi juga berakar pada korupsi yang sudah merajalela dilakukan oleh regim berkuasa dengan kroni-kroninya. Karena itulah reformasi bisa terjadi.
Jika para ibu sudah mulai bergerak, apakah Jokowi masih belum tergerak? Ini menjadi pertanyaan besar kita. Karena sampai saat ini belum ada tindakan konkrit Jokowi untuk menyelesaikan masalah ini. Setiap pernyataan dan tindakan yang diambil seperti masih berputar-putar di sekitar masalah. Buktinya kriminalisasi KPK masih terus berlanjut bahkan semakin masif dan lebih berani. Jangkauannya juga semakin jauh. Jika sebelumnya hanya pimpinan KPK, sekarang ini sudah merambah pada para pendukung dan insitusi lain. Bahkan Komnas HAM pun jadi sasaran.
Para perempuan, para ibu-ibu sudah bersuara. Kita semua percaya jika ibu bersuara, meminta dan berdoa maka suaranya tidak akan sia-sia. Mudah-mudahan Jokowi mendengar suara mereka yang adalah juga penjaga dan pelindung kehidupan. Suara ibu-ibu itu adalah suara ibunya juga.... ***MG
Sumber bacaan:
http://wartafeminis.com/tag/suara-ibu-peduli/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H