Oleh: Gustiane Adriani Dwisari, Maritza Samira
Kesehatan merupakan hal terpenting yang harus dimiliki semua orang, dengan sehat manusia mampu melakukan segala aktivitasnya. Terdapat berbagai hal yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan, salah satunya pola tidur.
Dengan pola tidur yang sehat dan cukup, tubuh dapat beristirahat dari segala aktivitas sehingga memperbaiki kerusakan sel-sel tubuh yang terjadi akibat kegiatan sehari-hari. Namun, pada masa modern ini semakin sulit bagi seseorang untuk bisa mendapatkan istirahat yang cukup dan berkualitas.
Khususnya pada usia dewasa, gaya hidup yang sulit lepas dari penggunaan gadget dan tuntutan pekerjaan yang tinggi mengharuskan mereka untuk bekerja lebih ekstra.
Akibatnya, seseorang yang harus bekerja lebih ekstra daripada biasanya, membuat jam istirahat untuk tidur terganggu. Selain itu, terdapat faktor lain yang mempengaruhi pola tidur seperti faktor usia, latihan fisik, kondisi kesehatan, psikologis, maupun lingkungan seseorang. Durasi tidur ideal setiap orang dapat berbeda, Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan lamanya tidur sesuai usia sebagai berikut:
Bayi usia 0-1 bulan: 14-18 jam setiap hari
Bayi usia 1-18 bulan: 12-14 jam setiap hari
Usia 3-6 tahun: 11-13 jam setiap hari
Usia 6-12 tahun: 10 jam setiap hari
Usia 12-18 tahun: 8-9 jam setiap hari
Usia 18-40 tahun: 7-8 jam setiap hari
Lansia: 6-7 jam setiap hari
Durasi tidur yang tidak ideal akan memberikan efek buruk bagi kondisi kesehatan tubuh seperti kerusakan pada jantung, hati, otak, dan perubahan berat badan. Durasi tidur pun menjadi salah satu regulator penting dalam berat dan metabolisme tubuh.
Diketahui bahwa penurunan rata-rata durasi tidur dapat menyebabkan meningkatnya prevalensi obesitas. Menurut Reilly, dkk (2007), ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi dianggap sebagai penyebab yang logis dalam peningkatan risiko obesitas pada orang yang tidur dengan durasi singkat. Ketidakseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah pada kelebihan berat badan dan obesitas.
Berkurangnya waktu tidur juga menyebabkan ketidakseimbangan hormon, yakni meningkatnya hormon ghrelin dan menurunnya kadar hormon leptin yang memicu peningkatan nafsu makan di malam hari. Kedua hormon tersebut memiliki peranan yang signifikan dalam hubungan antara durasi tidur yang rendah dengan tingginya IMT. Ghrelin berfungsi merangsang rasa lapar dan dapat meningkatkan asupan makan, sedangkan leptin menekan nafsu makan sebagai respon kenyang.
Obesitas menjadi masalah kesehatan dunia dengan prevalensi terus meningkat dari tahun ke tahun dan dalam 33 tahun terakhir tidak ada negara di dunia ini yang dapat menurunkan prevalensinya. Prevalensi obesitas di Indonesia cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Riskesdas Tahun 2018 memperkirakan satu dari lima orang dewasa, satu dari lima anak berusia 5-12 tahun, dan satu dari tujuh remaja berusia 13-18 tahun di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Berdasarkan hasil Riskesdas (2018), menyatakan bahwa prevalensi obesitas pada orang dewasa semakin meningkat sejak tiga periode Riskesdas yakni 10,5% (Riskesdas 2007), 14,8% (Riskesdas 2013) dan 21,8% (Riskesdas 2018). Hasil penelitian meta analisis oleh Safitri dan Sudiarti menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada orang dewasa dengan durasi tidur <7 jam per hari lebih besar 42% daripada prevalensi orang dewasa dengan durasi tidur >7 jam per hari. Penelitian menunjukkan seseorang yang memiliki durasi tidur ≤ 5 jam per hari berisiko lebih tinggi terhadap obesitas. Semakin pendek durasi tidur, maka risiko kejadian obesitas semakin tinggi.
Oleh karena itu, terutama orang dewasa dengan berbagai aktivitasnya disarankan tetap dapat menerapkan durasi tidur yang cukup, yakni antara 7-9 jam per hari untuk menjaga keseimbangan hormon yang berperan dalam terjadinya obesitas. Dengan mengembalikan pola tidur kearah yang normal dan berkualitas diharapkan dapat meningkatkan kesehatan tubuh seseorang.
Referensi
Amrynia, S.U. and Prameswari, G.N. (2022) “Hubungan Pola Makan, Sedentary Lifestyle, dan Durasi Tidur dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Remaja (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Demak),” Indonesian Journal of Public Health and Nutrition, 2(1). Available at: https://doi.org/https://doi.org/10.15294/ ijphn.v2i1.52044.
Damayanti, R.E., Sumarmi, S. and Mundiastuti, L. (2019) “Hubungan Durasi Tidur dengan Kejadian Overweight dan Obesitas pada Tenaga Kependidikan di Lingkungan Kampus C Universitas Airlangga.” Available at: https://doi.org/10.20473/amnt.v3.i2.2019.89-93.
Fahturosi, D. (no date) “Dampak Kebiasaan Begadang terhadap Pola Tidur dan Kesehatan.” IIK STRADA
Kebiasaan Begadang Terhadap Pola Tidur Sehat Bagi Remaja.Jurnal sketsa vol. 4 No 2
Putri, A. (2021) Pengaruh Pola Tidur Terhadap kesehatan, Pengaruh Pola Tidur Terhadap Kesehatan. http://ners.unair.ac.id/. Available at: http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/984-pengaruh-pola-tidur-terhadap-kesehatan (Accessed: October 27, 2022).
Prio, P. (2015) Durasi Tidur Singkat dan Obesitas. J Mojority 4, 5–9.
Saanin, S.N. and Silvani, J.T. (no date) “Pengaruh Durasi Tidur terhadap Risiko Obesitas.”
Safitri, A.M. (2019) Pola Tidur Masyarakat Jakarta Dan Luar Jakarta ternyata berbeda, HonestDocs. Available at: https://www.honestdocs.id/pola-tidur-masyarakat-jakarta-dan-luar-jakarta (Accessed: October 27, 2022).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H