Mohon tunggu...
Marista Aulia Karima
Marista Aulia Karima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa sastra

Tertarik seputar sastra, buku, dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

The Moment of Lift: Manifesto Merekonstruksi Dunia dengan Perempuan

2 Juli 2022   10:24 Diperbarui: 2 Juli 2022   10:51 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Fenomena bias gender kerap terjadi di berbagai aspek kehidupan. Salah satu faktor penyebab hal ini masih subur terjadi dimana-mana adalah mengakarnya tradisi atau adat yang mengikis hak-hak perempuan. Sejenak berpikir bahwa adanya korelasi antara pemenuhan hak dan pemberdayaan kaum perempuan dengan rekonstruksi dunia dengan wajah baru. Opini ini senada dengan manifesto Melinda Gates dalam bukunya yang menjadikannya sebagai highlight. Lalu, apa yang menjadi concern Melinda dan yayasannya guna mengangkat harkat perempuan lintas benua?

Kemiskinan dan Perencanaan Keluarga

Melinda menjadikan urusan ini sebagai prioritas nomor satu di yayasannya, Bill and Melinda Gates Foundation. Sebelum bersinggungan dengan kontrasepsi sebagai alat perencana keluarga, upaya menyelamatkan nyawa anak-anak dengan vaksinasi di negara berkembang dan miskin menjadi titik awal yayasan ini berkecimpung dalam bidang kesehatan global yang berujung dengan kesadaran bahwa kemiskinan, perencanaan keluarga, dan penyakit saling berkaitan. Kemiskinan kronis adalah mereka yang berpenghasilan setara dengan 1,90 dolar per hari. Namun, kemiskinan kronis berarti tidak peduli sekeras apapun kau bekerja keras, kau terjebak di dalamnya dan tidak bisa keluar dari sana. Oleh karenanya, kemiskinan berarti tak bisa melindungi keluargamu, anak-anakmu, dan dirimu sendiri.

Perjalanan mengelilingi dunia membawanya bertemu seorang ibu muda bernama Meena di India. Keluarganya hidup miskin bukan kepalang sehingga tidak mampu menghidupi anak-anaknya dengan baik. Hidupnya penuh pesimistis. Ia telah mengetahui program perencanaan keluarga tetapi sudah terlambat terlanjur ia memiliki sekian anak. Beragam fakta menggugah Melinda untuk mengadakan konferensi tingkat tinggi pertama pada 2012 bersama beragam organisasi serupa dan perwakilan sejumlah pemerintah dengan mengangkat isu kontrasepsi yang mendapat cibiran dari berbagai media internasional dan pihak Gereja.

Membuka Mata Kaum Perempuan Musahar

Musahar adalah wilayah termiskin di India yang dihuni oleh kaum "pemakan tikus". Kasta masyarakat disini merupakan yang paling rendah bahkan dianggap lebih rendah daripada manusia. Terlebih bagi perempuan, mereka dicap yang paling hina diantara kaum hina. Konsekuensinya, masyarakat dilarang masuk kuil, makan dengan alat makan, berjalan bebas di desa sambil tertawa, duduk di kursi, dan masih banyak hal lainnya yang sangat menyalahi hak kemanusiaan. Julukan pemakan tikus memang benar adanya karena kehidupan yang sangat miskin memaksa mereka memakannya. Namun karena pergeseran waktu, hal ini dijadikan tradisi oleh kaum tua saja sedangkan kaum muda sudah tidak memakan tikus lagi.

Kenyataan sosial yang sangat terpuruk membuat hati Suster Sudha tergerak untuk mengabdi dengan mendirikan sekolah asrama perempuan pertama secara gratis. Tujuan utama sekolah ini adalah mengubah citra diri mereka karena perempuan Musahar kerap disebut kotoran, hina, tidak berhak memiliki, dan yang paling belakang. Selain belajar pelajaran umum, mereka berlatih karate sebagai usaha pertahanan mereka dari kekerasan seksual yang kerap mereka alami. Perlahan tapi pasti, dari bidang karate inilah mereka bisa menjuarai berbagai lomba tingkat nasional bahkan menjuarai kejuaraan dunia di Jepang. Perubahan besar ini mampu membuka mata kaum perempuan Musahar terhadap dunia bahwa perlakuan kasar yang mereka terima bukan karena kesalahan mereka, melainkan karena adanya cela di masyarakat.

Urgensi Kesadaran dan Keterlibatan Laki-Laki

Adanya pembedaan peran antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh lingkungan sosial-budaya akan memunculkan persoalan kesetaraan peranan gender. Setiap kali terdapat tugas yang dianggap sebagai "tugas perempuan" maka kaum laki-laki tidak akan melakukannya. Hal inilah yang membatasi kaum laki-laki berkembang padahal mereka bisa meningkatkan kemampuan bekerjasama dan perihal kepengasuhan. 

Hasil riset yang dilakukan oleh MenCare, organisasi yang mendorong peran laki-laki dalam pekerjaan di rumah, mengemukakan bahwa ketika para ayah menjalankan sedikitnya 40 persen pekerjaan rumah dan kepengasuhan anak maka risiko depresi dan penggunaan obat lebih rendah. Kepribadian, intelegensi, dan kepercayaan diri anak meningkat. Kesimpulannya, para ayah menjadi lebih bahagia, hubungan rumah tangga menjadi lebih baik, dan anak-anak menunjukkan pertubuhan yang positif. Berawal dari sini, pendakian menuju kemitraan setara dimulai.

Bill Gates juga telah menyanggupi "tugas perempuan" yang erat kaitannya dengan kepengasuhan anak seperti mengantar jemput sekolah anaknya saat masih TK dengan waktu tempuh yang cukup lama. Ia melakukan itu beberapa kali seminggu dengan bergantian bersama Melinda. Bill berujar dengan melakukan hal itu ia bisa lebih banyak waktu mengobrol dnegan anaknya. Setelah 3 minggu, Melinda dikagetkan dengan fenomena para ayah yang mengantar anak mereka ke sekolah. Kemudian ia bertanya kepada orang tua murid yang ia kenal tentang bagaimana ini bisa terjadi. Ternyata mereka menyuruh para suami untuk berbuat hal yang sama dengan Bill Gates dengan berdalih "Bill Gates mengantar anaknya ke sekolah. Kau juga bisa melakukannya."

Sebuah organisasi di Malawi juga pernah melakukan eksperimen terhadap sejumlah sukarelawan pasangan suami-istri guna mengetahui perbandingan beban kehidupan laki-laki dan perempuan. Salah satu eksperimen yang paling berpengaruh terhadap perubahan mindset para laki-laki ini adalah ketika mereka diuji untuk mengerjakan "pekerjaan perempuan" yang biasa istri mereka lakukan sehari-hari begitu sebaliknya, para istri yang biasanya diperintah kini ganti memerintah. Setelah beberapa minggu, para suami tersadarkan akan beratnya hari-hari yang dilalui para istri. Kini, para istri bisa ikut mengajukan pendapat ketika biasanya suami mereka mengambil keputusan secara sepihak. Pandangan yang berubah ini berujung pada hubungan pasangan yang sehat, harmonis, dan visioner.

Kisah-kisah inspiratif diatas hanya secuil dari beragam kisah yang diabadikan Melinda. Sudut pandang yang dilihat dari orang lemah yang membuat buku ini berbeda sehingga kita seolah diajak mengarungi hiruk pikuk dunia bagi kaum perempuan marjinal yang membuat hati terenyuh sekaligus tergugah untuk menjadi perempuan yang lebih baik, berdaya, dan bermanfaat bagi manusia lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun