Mohon tunggu...
marissyaputri
marissyaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya adalah membaca,karena bisa membuat menjelajahi dunia,memperluas wawasan,dan menemukan inspirasi baru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Masyarakat Harmonis: Paradigma Integrasi Ilmu Sosial Humaniora dalam Sosiologi

14 Desember 2024   11:19 Diperbarui: 14 Desember 2024   11:19 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari cara manusia hidup, berinteraksi, dan menciptakan hubungan sosial. Namun, di zaman modern sekarang, tantangan yang dihadapi oleh masyarakat semakin rumit. Pola interaksi antara individu sering kali terhambat oleh kepentingan pribadi, perselisihan, dan hilangnya nilai-nilai moral. Jadi, bagaimana kita dapat menciptakan keselarasan di tengah perbedaan ini?

Salah satu solusinya terletak pada paradigma penggabungan ilmu sosial dan humaniora dalam sosiologi. Pendekatan ini memberikan metode untuk memahami manusia tidak hanya lewat data statistik dan teori, tetapi juga dengan menggabungkan aspek moral, rasional, dan spiritual. Dengan menggabungkan tiga pendekatan utama bayani, burhani, dan irfani kita bisa menemukan solusi yang lebih menyeluruh untuk membangun masyarakat yang harmonis.

1.Bayani: Membangun Harmoni dari Nilai Teks

Pendekatan bayani menekankan pemahaman nilai-nilai yang terdapat dalam teks, seperti prinsip-prinsip agama. Dalam perspektif Islam, Surah Al-Ma'idah ayat 2 berperan sebagai panduan Utama: "Tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan."

Bayani mengajarkan kita untuk memahami pesan moral ini sebagai pedoman dalam berperilaku. Dalam aktivitas sehari-hari, kita diminta untuk mendukung hal-hal positif dan menolak partisipasi dalam tindakan negatif.

Contoh nyata: Seorang pelajar mendukung rekannya yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Bantuan tersebut tidak hanya meningkatkan prestasi sahabatnya, tetapi juga memperkuat ikatan persahabatan mereka. Sebaliknya, saat diminta untuk menyontek pada saat ujian, ia menolak karena sadar bahwa menyontek adalah tindakan yang bertentangan dengan prinsip kebajikan. Dalam sosiologi, pendekatan bayani menunjukkan bahwa norma sosial biasanya muncul dari nilai-nilai moral yang dipegang oleh masyarakat.

2.Burhani: Logika yang Menguatkan Kebersamaan

Jika bayani berdiskusi mengenai nilai-nilai dalam teks, burhani mengajak kita untuk menerapkan logika serta memperhatikan kenyataan sosial. Pendekatan ini menyoroti bahwa kolaborasi dalam kebaikan memberikan keuntungan nyata bagi masyarakat, sedangkan kolaborasi dalam tindakan buruk hanya akan merugikan semua pihak.

Contoh nyata: Di sebuah kampung, penduduk sepakat untuk bekerja sama membersihkan area sekitar setiap minggu. Apa yang didapat? Suasana yang bersih, nyaman, dan aman untuk dihuni. Selain itu, kegiatan bersama ini menguatkan ikatan antarwarga. Sebaliknya, jika ada ajakan untuk merusak fasilitas umum, dampaknya akan segera terlihat: lingkungan menjadi tidak menyenangkan, dan hubungan antarwarga pun terpengaruh.

Pendekatan burhani memungkinkan sosiologi untuk memahami bagaimana tindakan rasional bisa menghasilkan kestabilan dalam masyarakat. Dengan menerapkan logika ini, masyarakat dapat menentukan langkah terbaik yang mendukung persatuan.

3.Irfani: Kedamaian Batin di Balik Kebaikan

Pendekatan terakhir, irfani, mendorong kita untuk menemukan nilai spiritual dan emosional dari kegiatan sosial. Irfani menyadari bahwa menolong orang lain atau berbuat baik tidak hanya memberikan efek baik untuk orang yang kita bantu, tetapi juga bagi diri kita sendiri. 

Contoh nyata: Seorang individu yang secara teratur menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk mendukung orang-orang miskin merasakan kebahagiaan yang mendalam. Ia merasakan bahwa hidupnya semakin berarti, hubungan dengan Tuhan semakin dekat, dan ia menjadi orang yang lebih bersyukur.

Dalam konteks sosiologi, irfani menekankan signifikansi aspek emosional dan spiritual dalam interaksi sosial. Ini mengingatkan kita bahwa perbuatan baik tidak hanya berkaitan dengan hasil, tetapi juga dengan bagaimana perbuatan itu membentuk karakter dan jiwa kita.

Dampak Ketidakterapan Pendekatan Ini

Bayangkan jika ketiga cara ini tidak diperhatikan. Apa yang bakal terjadi? Masyarakat dapat kehilangan pedoman moral, hubungan sosial menjadi lemah, dan konflik dapat dengan cepat muncul. Gotong royong tergantikan oleh kepentingan diri, sementara kebersamaan disalip oleh perpecahan.

Sebagai ilustrasi, kolaborasi dalam tindakan merugikan, seperti korupsi atau kriminalitas terorganisir, dapat mengikis kepercayaan dalam masyarakat. Tanpa pendekatan irfani, interaksi antarindividu menjadi dangkal, hanya fokus pada keuntungan materi tanpa nilai spiritual yang memperkaya batin.

Mengapa Paradigma Integrasi Ini Penting?

 Paradigma penggabungan ilmu sosial dan humaniora menjadi krusial karena memberikan pendekatan yang menyeluruh dalam memahami manusia. Tidak hanya membahas data dan angka, tetapi juga bagaimana nilai-nilai moral dan spiritual berpengaruh pada perilaku sosial.

Bayani mengajarkan kita untuk memegang teguh nilai-nilai moral. Burhani mengungkapkan bagaimana pemikiran dan kenyataan sosial memengaruhi perilaku yang rasional. Sementara itu, Irfani mengingatkan kita bahwa di balik setiap perbuatan baik, terdapat makna spiritual yang memperkaya kehidupan.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Awali dengan hal-hal kecil. Ketika kita membantu teman, menjaga kebersihan lingkungan, atau menyumbang bagi mereka yang memerlukan, kita sebenarnya sedang menerapkan ketiga cara ini. Dengan terus menekankan nilai-nilai kebajikan, logika, dan spiritualitas, kita dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik.

Pada akhirnya, mencapai harmoni sosial bukanlah hal yang sulit. Ia berawal dari langkah kecil yang sarat makna. Mari kita anggap paradigma integrasi ini sebagai pedoman hidup, sehingga kita tidak hanya hidup untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk menciptakan dunia yang lebih baik secara bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun