Halo semua, perkenalkan saya Maris Stella Br dengan NIM 4221131023 dari kelas PSPK 22 B. Disini saya akan menjabarkan penjelasan terkait praktikum kinetika dan kesetimbangan kimia dengan judul "Penentuan Berat Molekul Berdasarkan Penurunan Titik Beku". Selamat membaca...
Asisten Laboratorium: Agnes Florida Patricia SaragihÂ
JUDUL PRAKTIKUM: PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENURUNAN TITIK BEKU.
TUJUAN PRAKTIKUM:Â
1. Mengetahui titik beku pelarut murni benzena dan titik beku larutan asam benzoat.Â
2. Mengetahui berat molekul zat terlarut (asam benzoat).Â
TINJAUAN TEORITIS:Â
Berat molekul adalah variabel yang penting sebab berhubungan langsung dengan sifat kimia polimer. Umumnya polimer dengan berat molekul tinggi mempunyai mempunyai sifat sifat yang paling dan lebih kuat (Kasrawati, dkk., 2022).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Sifat koligatif  larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit. Dimana sifat koligatif larutan Ini ditandai salah satunya oleh penurunan titik beku. Sifat-sifat koligatif larutan yang hanya ditentukan deh jumlah partikel dalam larutan dan tidak bergantung jenis partikelnya. Titik beku adalah suhu pada saat tekanan uap Cairan (larutan) sama dengan tekanan uap pelarut padat murninya. Ketika larutan membeku, yang membeku adalah pelarutnya, sedangkan terlarutnya tidak. Sehingga semakin pekat larutan, maka titik bekunya semakin rendah. Selisih titik beku dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (TF). Menurut  hukum Raoult, besarnya kenaikan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali dari molalitas larutan (cm) dengan tetapan penurunan titik beku molal (kf). Penurunan titik beru larutan ini juga sebanding dengan konsentrasi zat berlarut hubungan ini dapat dinyatakan dengan rumus tf=m x Kf. Dimana TF sebagai penurunan titik beku larutan, m sebagai konsentrasi molal zat yang dilarutkan, dan Kf sebagai tetapan penurunan itik beku molal pelarut. Seperti dengan kenaikan titik didih, maka penurunan titik beku larutan ini untuk menentukan massa molekul zat yang dilarutkan. juga Titik beku larutan dapat diamati pada keadaan atau pada suhu dimana kristal-kristal pertama kali mulai terbentuk, yaitu pada saat kesetimbangan dengan larutan. Dalam pelarut encer, penurunan titik beku berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut dalam massa tertentu pelarut (Cahyono, 2020).Â
Dapat dilihat bahwa tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni. Hal ini menyebabkan penurunan titik beku larutan lebih rendah dibandingkan dengan penurunan titik beku pelarut murni. Hukum, sifat koligatif untuk penurunan titik beku larutan berlaku pada larutan dengan zat terlarut atsiri (volatile) maupun non-atsiri (non-volatile). Penambahan zat terlarut non volatile juga dapat menyebabkan penurunan titik beku, suatu larutan. Gejala ini terjadi karena Zat terlarut tidak larut dalam fasa padat pelarutnya. Contohnya, jika sirup dimasukkan ke dalam freezer maka gula pasirnya akan terpisah dari es karena gula pasir tidak larut dalam es. Agar tidak terjadi pemisahan zat terlarut dan pelarutnya ketika larutan membeku, diperlukan suhu lebih rendah lagi untuk mengubah seluruh lantan menjadi fasa padatnya. Pembekuan melibatkan transisi dan keadaan tidak teratur ke keadaan teratur. Agar proses itu terjadi, energi harus diambil dari sistem. Karena larutan lebih tidak beratur dibandingkan pelarut, maka lebih banyak energi yang harus diambil darinya untuk menciptakan keteraturan dibandingkan dalam kasus pelarut murni. Perhatikan bahwa bila larutan membeku, yang memisah ialah komponen pelarutnya. Semakin banyak zat yang di larutkan dalam suatu larutan, semakin besar penurunan titik beru larutan tersebut. Zat terlarut (solute) merupakan zat-zat yang memiliki fasa padat dan gas, sedangkan yang berfasa cair dikatakan sebagai pelarut. Suatu zat dikatakan sebagai pelarut apabila memiliki komposisi yang lebih banyak dibandingkan jumlah zat terlarut yang paling menentukan sifat dari larutan. Pada pembuatan sirup jumlah gula lebih banyak dari jumlah air akan tetapi air tetap dikatan sebagai pelarut karena dapat mempertahankan keadaan fisiknya sedangkan gula atau sukrosa disebut sebagai zat terlarut karena tidak dapat mempertahankan sifat fisik. Benzene merupakan salah satu zat atau bahan kimia yang sering digunakan dan ditemukan di dalam bidang perindustrian. Benzene sudah dikenal sebagai pelarut organik, yang baik untuk berbagai proses di industri. Benzena adalah karsinogenik pada manusia melalui paparan inhalasi. Benzena yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami metabolisme yang utama menjadi benzene epoksida. Benzena ditemukan di dalam campuran beberapa pelarut. Benzena adalah senyawa yang mudah menguap, dan terpapar secara luas dalam bentuk uap, menyebabkan kerusakan susunan syaraf pusat, saluran pencernaan, dan sumsum tulang yang membentuk sel darah merah. Nilai Kb benzene adalah 5,12 C dari titik beku benzena. Dengan kata lain, titik beku larutan zat nonvolatile dalam pelarut benzena sebanyak 1 molal akan mulai membeku pada suhu (5,5-5,12) C atau 0,38 C. Paparan benzene berefek narkotik (Roni dan Herawati, 2020).Â
Hadirnya benzene di lingkungan disebabkan karena pembakaran bahan organik yang tidak sempurna, diantaranya bensin, batu bara, kayu dan tembakau. Benzena merupakan suatu bahan kimia berbahaya dan beracun (Indriyani dan Haningsih, 2022).