Melalui sistem Subak inilah, para petani mendapatkan bagian air sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh musyawarah dari warga/krama subak dan tetap dilandasi oleh filosofi Tri Hita Karana yakni kepercayaan konsep masyarakat Bali yang berarti Tiga Penyebab Kesejahteraan. Maka dari itu, kegiatan dalam organisasi/perkumpulan Subak tidak hanya meliputi masalah pertanian atau bercocok tanam saja, tetapi juga meliputi masalah ritual dan peribadatan untuk memohon rejeki dan kesuburan.
Daftar Pustaka
Arif, Afit. 2018. “Bab Ii Sejarah Sistem Subak Bali.” (November): 14–32.
Geria, I Made et al. 2019. “Subak Sebagai Benteng Konservasi Peradaban Bali.” Amerta 37(1): 39.
Para kontributor Dinas Kebudayaan Buleleng. 2021, Maret 16. “Sistem irigasi Subak Bali, Indonesia, metode pengairan sawah tradisional di Bali yang terkenal dan ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia”.
Sumiyati, -, I Wayan Windia, and I Wayan Tika. 2017. “Operasional Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Subak Di Kabupaten Tabanan.” Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) 7(1): 121.
Suryawati, I Gusti Agung Alit, and I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa. 2020. “Literasi Budaya Bali : Kajian Filsafat Ilmu Tentang Keadilan Dalam Sistem Subak.” Jurnal Nomosleca 6(1): 47–52.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H