Mohon tunggu...
M Aris Pujiyanto
M Aris Pujiyanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman

Selamat datang di profil saya! 🌟 Saya M. Aris Pujiyanto, seorang dosen yang bersemangat dalam menjelajahi dunia pengetahuan dan berbagi inspirasi dengan mahasiswa. 📚✨ Dengan latar belakang pendidikan [Jurusan Anda], saya berkomitmen untuk membimbing dan mendukung setiap langkah mahasiswa dalam mencapai potensi terbaik mereka. 🎓💡 Di sela-sela mengajar, saya juga aktif dalam riset di bidang [Bidang Riset Anda], berkolaborasi dengan rekan-rekan sejawat untuk menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. 💼🔬 Saya percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk meraih impian, dan saya berkomitmen untuk menjadi bagian dari perjalanan belajar Anda. Mari kita bersama-sama menjelajahi dunia pengetahuan dan menciptakan masa depan yang cerah! ✨ #Dosen #Pendidikan #Inspirasi #Riset #Belajar #PendidikanTinggi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Setelah Berkumpul, Kembali Merantau: Dilema Pasca Lebaran

18 April 2024   08:58 Diperbarui: 18 April 2024   11:40 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Raya Idul Fitri, momen yang dinanti-nantikan bagi jutaan umat Muslim di seluruh dunia, tidak hanya menjadi ajang untuk bersilaturahmi dan merayakan kemenangan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh, tetapi juga menjadi waktu bagi ribuan orang untuk memulai perjalanan pulang ke kampung halaman mereka. Namun, di balik keramaian mudik tersebut, terdapat cerita yang tak kalah menarik tentang dilema yang dihadapi oleh mereka yang kemudian harus kembali merantau setelah momen berkumpul bersama keluarga di kampung halaman.

Bagi saya yang berprofesi sebagai dosen di Universitas Jenderal Soedirman, momen berkumpul dengan keluarga di desa halaman di Jawa Tengah selalu menjadi titik balik emosional dalam setahun. Namun, seiring berjalannya waktu, momen tersebut juga menghadirkan dilema tersendiri baginya. Sebagai perantau yang telah menetap di kota besar, setiap perayaan Idul Fitri memunculkan pertanyaan yang sama: apakah dia akan kembali ke desa untuk bersama keluarga, atau tetap bertahan di kota untuk mengejar karir dan kehidupan yang telah dibangunnya?

Bagi saya, momen berkumpul dengan keluarga di desa adalah sumber kebahagiaan yang tiada tara. Dia menikmati momen tersebut sebagai peluang untuk menghabiskan waktu bersama orang-orang yang dicintainya, berbagi cerita, dan mengenang kenangan masa lalu. Tradisi lebaran di desa, dengan aroma makanan khas dan senyum-senyum hangat keluarga, menjadi bagian tak terpisahkan dari kebahagiaannya.

Namun, di balik kebahagiaan tersebut, terdapat dilema yang membelenggu hati setiap tahun. Sebagai seorang dosen yang tanggung jawabnya terhadap mahasiswa dan lembaga pendidikan, kehadirannya di kampus sangatlah penting, terutama di saat-saat menjelang akhir semester. Kembalinya ke desa untuk merayakan Idul Fitri akan berarti meninggalkan tanggung jawab profesionalnya, yang tentu saja tidak mudah bagi seorang yang sudah terbiasa dengan rutinitas dan keterikatan dengan lingkungan kerja.

Dalam menghadapi dilema ini, saya selalu dihadapkan pada pertanyaan sulit: apakah lebih penting untuk mengikuti keinginan pribadi dan merayakan momen bersama keluarga, ataukah lebih penting untuk menjalankan kewajiban profesionalnya sebagai seorang dosen? Setiap tahun, keputusan tersebut tidak pernah mudah baginya. Namun, dengan pertimbangan yang matang, dia selalu berusaha menemukan keseimbangan antara nostalgia akan kampung halaman dan tanggung jawab profesionalnya.

Bagi banyak orang termasuk saya, momen pasca Idul Fitri bukan hanya tentang kegembiraan berkumpul bersama keluarga di desa, tetapi juga tentang menghadapi dilema yang sulit di antara keinginan pribadi dan tanggung jawab profesional. Di tengah-tengah dilema tersebut, mereka belajar untuk menemukan keseimbangan yang tepat, merenungkan nilai-nilai keluarga dan kehidupan profesional, serta memahami bahwa perjalanan merantau tidak hanya tentang tempat, tetapi juga tentang perasaan, keputusan, dan komitmen yang mengikat hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun