Mohon tunggu...
Mariska Lubis
Mariska Lubis Mohon Tunggu... -

Baru saja menyelesaikan buku "Wahai Pemimpin Bangsa!! Belajar Dari Seks, Dong!!!" yang diterbitkan oleh Grasindo (Gramedia Group). Twitter: http://twitter.com/MariskaLbs dan http://twitter.com/art140k juga @the360love bersama Durex blog lainnya: http://bilikml.wordpress.com dan mariskalubis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Sejati Yang Perkasa

8 Maret 2011   00:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:59 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_94851" align="alignleft" width="450" caption="Illustrasi: bilikml.wordpress.com"][/caption] Menyaksikan apa yang terjadi sekarang ini sungguh membuat hati saya sedih dan sangat prihatin sekali. Membuat saya berpikir bahwa sepertinya bangsa dan Negara ini sudah membutuhkan perubahan besar di mana diperlukan seorang perempuan sejati yang perkasa untuk mengasuhnya. Ya, perempuan sejati yang perkasa yang bisa mengasuh bangsa dan Negara ini selayaknya buah hati. Perempuan ibarat teh celup, yang baru sadar akan kekuatannya bila sudah dimasukkan ke dalam aiar panas”, begitu menurut Nancy Reagan. Saya sependapat dengan beliau, karena perempuan sekarang ini sudah tidak kenal lagi apa dan siapa diri mereka sebenarnya. Terbuai dan tenggelam dalam pemikiran bahwa perempuan adalah sosok yang lemah dan tak berdaya sehingga menjadi sebuah keyakinan yang tertanam bahwa memang demikianlah adanya. Perempuan lalu menuntut keadilan tanpa mengindahkan apa arti adil dan keadilan itu sendiri. Perempuan juga mengorbankan dirinya untuk terus direndahkan dan diremehkan karena itu semua lewat drama yang menjual  duka, sedih, air mata dan berperan seolah-olah memang benar korban.  Sungguh sangat memalukan dan seorang perempuan sejati tidak akan pernah mau melakukannya. Saya hingga saat ini tidak habis pikir bagaimana bisa Negara tercinta saya ini bisa memiliki kementrian peranan wanita atau pemberdayaan wanita. Bagi saya, ini sebuah pelecehan berat. Perempuan memiliki peranan yang sangat penting dan berdaya, kok! Adalah sebuah penghinaan bila sampai harus ada sebuah lembaga khusus yang mengangkatnya karena ini sama artinya bahwa peranan dan keberdayaan perempuan itu dianggap tidak ada dan lemah. Maaf, deh!!! Sudah alamiahnya seorang perempuan memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh pria yaitu kemampuan untuk mengasuh. Perempuan memiliki kekuatan untuk bisa membimbing dan mengarahkan. Cinta dan kasih sayang seorang ibu kepada buah hatinya tidak bisa mengalahkan apapun juga. Seorang ibu hamil, melahirkan, dan mengasuh anak-anak mereka hingga tumbuh dewasa, dan itu bukanlah sesuatu yang mudah. Berkah dan rahmat yang diberikan oleh-Nya kepada perempuan sungguh luar biasa. Sekarang ini, bangsa dan Negara kita seperti anak-anak saja. Perilaku, perbuatan, dan sikap yang ditunjukkan oleh semua yang mengaku anak-anak bangsa ini sama sekali tidak menunjukkan kedewasaan dan kematangan. Sangat diperlukan pengasuhan, arahan, dan bimbingan oleh seorang ibu dengan cinta kasih dan sayangnya yang tulus dan ikhlas. Menurut saya, kita sangat membutuhkan sosok seorang “ibu pertiwi” untuk bisa membantu memperbaiki keadaan bangsa dan Negara. Seorang “ibu pertiwi” bukanlah seorang perempuan yang “kalah” ataupun “pemimpin” tetapi seorang “pengasuh”. Perempuan yang tahu benar apa dan siapa dirinya. Perempuan yang tidak pernah menuntut tetapi hanya memberi dengan segala kelembutannya. Perempuan yang bisa menyentuh dan menghalau segala air mata dan mampu tegak berdiri untuk bisa selalu memberikan segala yang terbaik demi kebaikan dan keindahan buah hati kesayangannya. Perempuan yang tahu bagaimana harus berbuat agar semuanya bisa terus merasakan cinta dan memiliki cinta sehingga bisa selalu berkumpul bersama dan bersatu dalam cinta. Saya hanya belajar saja dari masa lalu di mana perempuan-perempuan hebat di dunia ini tidak ada satupun yang “menuntut” karena merasa sebagai “korban”. Siti Maryam, Bunda Theresa, Aung San Suu Kyi, begitu juga Raden Ajeng Kartini, Ibu Fatmawati, dan Tjut Nyak Dien. Adakah satu saja dari mereka yang mengaku korban karena mereka perempuan? Adakah yang berjuang untuk keadilan hanya untuk perempuan?! Adakah yang menuntut untuk mendapatkan perlakuan khusus karena mereka perempuan?! Mereka bahkan mengorbankan diri mereka karena mereka tahu bagaimana bersikap sebagai seorang manusia dan perempuan sejati. Mereka tahu apa keadilan dan apa yang harus diperjuangkan. Mana ada dari mereka yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan mengekslusifkan diri serta merasa “paling”?! Apa ada dari mereka yang memakai topeng hanya untuk dipuja dan dipuji?! Tidak ada!!! Mereka tidak perlu menjadi seorang pemimpin untuk bisa membantu, mengarahkan, dan juga mengatur. Mereka melakukannya hanya dengan cinta dan kasih sayang mereka saja. Cinta dan kasih sayang yang penuh dengan ketulusan dan keikhlasan. Itulah yang membuat mereka justru menjadi seorang pemimpin yang bisa mengalahkan segalanya. Mereka memberikan terbaik yang bisa mereka berikan dan menjadikan semuanya begitu indah dan tidak akan selalu dikenang sepanjang masa. Berapa banyak sudah yang menjadikan mereka sumber inspirasi baik untuk mencipta, berkarya, dan juga menjai sukses dan berhasil?! Apa yang mereka dapatkan, sih, sebagai balasan?! Tidak ada. Mereka semua senang bila sudah ada yang bisa demikian dan itulah balasan terindah bagi mereka. Saya sadar penuh bahwa akan ada banyak sekali tantangan untuk bisa mewujudkan mimpi memiliki sosok seorang “ibu pertiwi” di negeri ini. Masalah utamanya ada pada perempuan sendiri. Maukah perempuan berubah dan menjadi seorang perempuan sejati yang yakin akan keperkasaannya?! Maukah perempuan merendahkan hatinya untuk belajar mengenal apa dan siapa dirinya?! Sisi yang lainnya yang juga berat adalah konsep dari “pemimpin” itu sendiri, di mana persepsi tentang pemimpin yang “lebih baik” kaum pria karena dianggap lebih rasional dibandingkan perempuan dengan berbagai pembenaran lainnya juga tidak mudah untuk digantikan. Padahal, sekuat-kuatnya pria, tetap saja bersujud di hadapan perempuan, yaitu ibunya sendiri. Saya tidak akan pernah lupa bagaimana reaksi perempuan saat saya menulis “Menelanjangi Perempuan”, Jurus Ampuh Perempuan Pemburu Cinta, dan Perempuan Bukan Feminis. Saya memang sengaja melakukannya untuk membuat perempuan marah agar mau belajar untuk melihat fakta dan kenyataan yang sebenarnya. Jangan hanya cuma bisa menuding dan menuduh, menjadi manusia penonton dan menjadi tontonan karena perempuan sudah ditakdirkan sedemikian rupa untuk menjadi hebat dan perkasa. Kebanyakan masturbasi otak hingga yakin bahwa apa yang dipikirkannya adalah benar padahal semua itu hanya rekayasa dan manipulasi terhadap diri sendiri dan juga lainnya yang menjadi sebuah keyakinan agar dianggap benar. Kebenaran itu sendiri akhirnya ditutupi yang ada hanya tinggallah dusta, kemunafikan, iri hati, dendam, marah, dan kebencian. Pantaskah perempuan yang mengaku penuh dengan cinta melakukan hal ini?! Sudah terlalu banyak kesusahan, kesedihan dan derita yang dialami oleh bangsa dan Negara ini. Saya yakin perempuan bisa membantu memperbaiki keadaan dengan keperkasaannya sebagai seorang perempuan. Hanya perempuan yang bisa mengasuh dan menyatukan semua hati untuk bisa bersama-sama dan bersatu padu dalam cinta untuk kemudian diberikan kembali kepada semua dengan penuh cinta. Dari cinta oleh cinta dan untuk cinta. Bagaimana mewujudkan semua ini?! Tentunya kita harus melakukannya bersama-sama. Saya tidak bisa sendirian karena semua ini juga untuk bersama. Siapa yang akan menjadi sosok perempuan “ibu pertiwi” itu bukanlah juga yang harus dijadikan target karena semuanya harus mengalir apa adanya. Semua jiwa yang bersatu padu dalam cinta pasti akan menghasilkan keindahan karena cinta itu sendiri adalah keindahan. Yuk, mari kita sama-sama mewujudkannya. Selamat Hari Perempuan Internasional! Semoga semua ini berkenan dan memberikan manfaat. Salam hangat penuh cinta selalu, Mariska Lubis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun