Mohon tunggu...
Mariska Lubis
Mariska Lubis Mohon Tunggu... -

Baru saja menyelesaikan buku "Wahai Pemimpin Bangsa!! Belajar Dari Seks, Dong!!!" yang diterbitkan oleh Grasindo (Gramedia Group). Twitter: http://twitter.com/MariskaLbs dan http://twitter.com/art140k juga @the360love bersama Durex blog lainnya: http://bilikml.wordpress.com dan mariskalubis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dialog Mencari Kebenaran – Apresiasi Buah Pikir Kompasianers (1)

6 Juni 2010   23:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:42 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="300" caption="Illustrasi: redstick.wordpress.com "][/caption] Kemarin saya mempublikasikan tulisan yang berjudul "Apakah Kebenaran Itu Tidak Pernah Ada?! " dan saya senang sekali karena banyak sekali komentar yang masuk dengan buah pikir masing-masing yang menurut saya sangat luar biasa sekali. Oleh karena itulah, dalam kesempatan ini saya ingin mempublikasikan dialog dalam mencari kebenaran yang ada, sebagai apresiasi terhadap ini semua. Perlu diketahui sebelumnya, bahwa ini bukanlah hal yang baru pertama kali saya lakukan ataupun Kompasiners lain lakukan. Dulu, di Kompasiana ini sering sekali apresiasi terhadap komentar di-publish ulang. Ya, ini sekalian juga mengenang betapa indahnya masa-masa itu ketika para Kompasianer bisa berdiskusi dengan bebas sesuai dengan pendapat masing-masing dalam bentuk buah pikir yang insipratif, bermanfaat, dan menarik Ini juga yang menjadikan Kompasiana tetap menjadi rumah yang sehat. Saya berharap sekali ini bisa terjadi lagi di Kompasiana ini, karena hanya dengan cara inilah kita semua bisa belajar dan saling belajar. Toh, berdiskusi ataupun berdebat pemikiran dalam buah pikir berupa tulisan artikel itu membuat kita semua menjadi lebih tahu banyak. Asal jangan berbau SARA dan dibawa-bawa keluar dari tulisan saja, ya!!! Beda pendapat  bukan berarti harus berantem di luar sana, kan?! Semoga, ya?! Rainny Drupadi :Kebenaran ada. Kebenaran yang teruji, yang didukung fakta. Kebenaran absolut nggak ada. Kebenaran ilmiah, paling bilang 99,99999999% deh. Atau, penjelasan yang paling masuk akal adalah begini begini begini.... itulah kebenaran. Tidak pernah sempurna memang. Tapi itulah indahnya. Saya dari kecil didongengi tentang Tuhan, tentang ajaran agama begini begini begini, nyatanya, ketika menginjak usia 20, saya justru memilih atheisme sebagai pandangan hidup. Setelah bergulat bertahun-tahun dengan pertanyaan-pertanyaan filsafati, ideologis, teologis tentang Tuhan. Pencarian saya semenjak saya menginjak kaki di SMU berakhir dengan atheisme. Saya lega dan bahagia dalam atheisme. Saya tidak perlu dijanjikan kehidupan abadi dan sungai arak di surga untuk sekadar berbuat baik di dunia. Jika saya berbuat baik, cukuplah karena saya tahu bahwa perbuatan baik itu harus saya lakukan. Kalau saya tidak berbuat jahat, bukanlah siksa neraka yang saya takutkan, tapi karena saya tahu bahwa perbuatan itu tidak pantas dilakukan. Saya tahu bahwa saya akan mati dan badan saya akan busuk, hancur, habis dimakan cacing dan mikrobia pada akhirnya. Sudah. Cukup. Kehidupan jalan terus. Balas tanggapan Mariska Lubis : itu semua adalah pilihan dan saya menghargainya... karena biar bagaimanapun juga manusia berbeda namun menjadi sama karena memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan pilihannya sendiri... selama memang mau mempertanggungjawabkannya... dan saya juga salut atas keberanian dan kejujuranmu dalam mengungkapkannya... ini menjadi penting karena masih banyak di antara kita yang masih memakai topeng... namun alangkah baiknya bila kita terus belajar dan belajar serta mengintrospkesi diri... selalu bertanya kepada diri kita sendiri... siapakah kita dan apakah kita... jangan pernah berhenti untuk bertanya dan mencari jawaban... kepuasan dalam pencarianlah yang mematikan hidup kita sendiri... dan pencarian itulah yang membuat kita menjadi hidup... agar kebahagiaan yang kita dambakan itu merupakan kebahagiaan yang sempurna dan tidak pernah ada batas atau akhirnya... di dalam mencari sebuah kebenaran... para ahli yang menggunakan metode ilmiah seperti einstein dan stephen hawking pun mengakui bahwa ada faktor kemustahilan atau sesuatu yang tidak nampak namun itu ada... dan itulah karenanya, bila kita mau memikirkan semua ini secara menyeluruh... jangan separuh-separuh.... logis dan tidak logis... rasional an tidak rasional adalah sebenarnya sebuah kesatuan... Rainny Drupadi : Einstein dan Hawking sama-sama logis dan rasional, keduanya mengakui keterbatasan kemampuan ilmu pengetahuan ilmuwan dalam menjelaskan segala sesuatu mengenai alam semesta saat ini. Tidak diperlukan seorang Einstein atau Hawking sekadar untuk bisa mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak nampak namun itu ada. Banyak hal tidak nampak, seperti listrik, udara, radiasi, sinar x, bahkan atom, elektron, bakteri, virus, sedemikian kecilnya sehingga praktis tidak nampak oleh mata kita. Namun demikian, baik Einstein maupun Hawking, keduanya adalah atheis. Einstein dan Hawking sering menggunakan kata "Tuhan" sebagai metafora, dan keduanya tidak percaya pada Tuhan personal, Tuhan pencipta dan pengatur alam semesta. Einstein menganggap kepercayaan pada Tuhan personal adalah kekanak-kanakan. Dalam kata-katanya, "It was, of course, a lie what you read about my religious convictions, a lie which is being systematically repeated. I do not believe in a personal God and I have never denied this but have expressed it clearly. If something is in me which can be called religious then it is the unbounded admiration for the structure of the world so far as our science can reveal it." Yang logis dan yang tak logis terpisah secara diametral, jika yang satu benar, maka yang lain pasti salah, demikianlah logika (dari mana kata sifat logis diturunkan) berujar. Maka tidaklah mungkin bahwa logis dan tidak logis adalah sebuah kesatuan. Betul bahwa yang logis dan tidak logis di bawah satu payung ilmu-logika-namun tidaklah benar menyebut keduanya sebagai satu kesatuan. Rancu. Begitu pula dengan rasional dan tidak rasional, bahkan dalam matematika, ada himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan irrasional (tidak rasional). Kalau disatukan, jadinya himpunan semua bilangan (S). Tapi tidak bisa kita katakan bahwa (himpunan) bilangan rasional dan irrasional adalah sebuah kesatuan. Kadang sebuah penjelasan ilmiah bertentangan dengan intuisi kita (counter intuitive) mengenai bagaimana yang seharusnya terjadi, namun demikian, penjelasan ilmiah yang telah teruji kebenarannya, sekalipun counter intuitive, adalah hasil pemikiran yang rasional. Jadi, yang rasional-masuk akal-bisa saja bertentangan dengan intuisi kita, walaupun demikian tidaklah serta merta yang counter intuitive menjadi irrasional. Semoga berkenan. Mariska Lubis : Einstein dan Hawking sama-sama mengakui bahwa bila ada angka 0 yang menjadi pembagi maka hasilnya menjadi tak terhingga... dan itu bukan berarti tidak ada... karena itulah bila sampai ketemu angka tak terhingga... para ahli fisika menggunakan renormalisasi agar tidak bertemu nilai tak terhingga itu... pertanyaannya... berarti kalau harus renormalisasi... berarti keterbatasan dong... satu lagi... energi itu bisa bersifat sebagai partikel ataupun gelombang... di mana pada saat percobaan dilakukan oleh 50 orang ahli fisika... masing-masing menghasilkan yang berbeda... ada yang menjadi partikel... ada yang menjadi gelombang... dan karena itulah di dalam fisika dijadikan anomali karena memiliki dua sifat sekaligus... namun akan berbeda bila keduanya berada dalam frekuensi nol... sama-sama menjadi tidak tak terhingga... kalau masih mendekati nol... masih ada massanya... tapi kalau benar-benar 0 tidak bisa dideskripsikan sebagai gelombang ataupun partikel lagi... dan inilah yang saya tangkap dari mereka tentang yang tak nampak... bukan yang berbentuk memiliki massa.. bicara tentang Tuhan yang dijadikan metafora... para ahli kedokteran pun menyebut otak tengah dengan sebutah HIM atau God... karena memang kalau sudah sampai pada titik yang paling ujung... apalagi yang bisa disebutkan... selain Tuhan... dan bila bicara soal semesta memang sifatnya Tuhan bisa sangat personal namun sangat universal... dan inilah yang juga dipercayai oleh mereka yang berkutat di dunia metafisika dan spiritual dalam mendeskiripsikan Tuhan... apa bedanya?! Hanya bahasanya saja yang berbeda. Berbeda dengan konsep pemahaman yang memang pada umumnya ada dan dipahami oleh kebanyakan orang.... itu yang harus dibedakan... Bila kita memisahkan unsur logis dan tidak logis menjadi sesuatu yang terpisah...begitu juga rasional dan tidak rasional... maka logis tidak menjadi logis... dan rasional tidak menjadi rasional... bila selalu dipisahkan maka apa bedanya sama mesin... kehidupan menjadi mekanis... karena jiwa dan roh bukanlah sesuatu yang logis dan rasional... kalau kita mau melihatnya dengan hitungan matematis pun... kembali saja lagi ke angka 0 dan tak terhingga itu lagi... apakah itu sesuatu yang bisa dibilang logis?! logis tapi juga tidak logis karena tidak bisa dihitung... Semoga ini juga bisa dipahami... senang saya mendapatkan teman diskusi seperti dirimu... (bersambung) Salam Kompasiana, Mariska Lubis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun