Mohon tunggu...
Eni Mariska
Eni Mariska Mohon Tunggu... Editor - NIM. 11160810000002 / Manajemen

Semua yang datang dari Allah SWT akan kembali kepada Allah SWT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Love Your Self dengan Memahami Kepribadian dan Karakteristik Diri Sendiri

12 Desember 2019   02:00 Diperbarui: 12 Desember 2019   08:09 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah tidak terpikirkan bagi kalian untuk mengenal karakter satu sama lain dengan cara yang mudah? Dan juga mengenal diri sendiri?. Mari kita bahas terkait perbedaan kepribadian dengan karakter terlebih dahulu. 

Banyak yang berpendapat bahwa kepribadian itu sama dengan karakter. Walaupun memang pada dasarnya antara kepribadian dan karakter itu sulit untuk dibedakan dan dipisahkan, keduanya ternayata memiliki hubungan yang sangat erat bahkan saling berkaitan satu sama lain.

Beberapa ahli berusaha untuk memberikan penekanan yang berbeda mengenai istilah ini, namu hasilya meyebutkan bahwa 

Karakter itu merupakan kombinasi sifat-sifat dalam diri seseorang yang menjadikannya unik, berdasarkan apa yang ia sudah miliki sejak lahir (genetik) maupun apa yang ia pelajari dalam hidupnya (lingkungan). Jadi, karakter dapat juga disebut sebagai learned behavior. 

Sedangkan, Kepribadian merupakan kombinasi sifat-sifat dalam diri seseorang yang mengarahkannya untuk berpikir, berperasaan, dan bertingkah laku tertentu yang khas dalam berhubungan dengan lingkungannya. Kepribadian itu sendiri berasal dari kata Persona, yang berarti 'topeng'. Namun bukan berarti bahwa kepribadian merupakan cara seseorang menutupi identitas dirinya.

Kata Persona dalam Bahasa Yunani lebih merujuk pada simbol yang merepresentasikan identitas seseorang; 'alat' yang digunakan oleh seseorang untuk memperkenalkan dirinya pada dunia. Lickerman mengatakan bahwa kepribadian lebih bersifat menetap dan dipengaruhi oleh faktor keturunan, sedangkan karakter lebih terbentuk karena pembelajaran terhadap nilai dan kepercayaan.

Nah, akankah kalian tahu bagaimana dengan istilah-istilah yanga ada di dalam kepribadian seperti Melankholis (Sempurna), Kholeris (Kuat), Plegmatis (Damai), dan Sanguinis (Populer). Istilah ini sebenarnya berasal dan datang dari temperament seseorang sehingga sifat-sifat yang di tampilkan di dalam masing-masing istilah ini menjadi suatu kepercayaan yang dipercaya dapat menentukan temperamen seseorang.

Berbicara mengenai persona, mengingatkan ku pada teori Jung's Map of the Soul: An Introduction karya Murray Stein. Buku tersebut menjadi inspirasi salah satu boyband korea favoritku yakni BTS (; Bangtan Sonyeondan). Menurut Jung kepribadian itu terdiri dari beberapa lapisan layaknya kulit bawang.

Empat Lapisan Bawang Pribadi Manusia

Dari hasil wawancara oleh Kompas.com kepada salah satu dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Rizqy Amelia Zein terkait dengan teori jung ini mengatakan bahwa di dalam keempat lapisan bawang pribadi manusia tersebut lapisan pertama itu disebut sebagai Persona. Menurutnya persona di sini adalah public face, yang artinya bagian diri yang sengaja ditunjukkan agar dilihat orang lain.

Setelah persona, lapisan kedua bernama Anima/animus. Bagi Amel, ini adalah lapisan paling menarik yang dijelaskan Jung. Di sini, Jung percaya semua manusia dilahirkan biseksual. Masing-masing pribadi memiliki elemen feminis yang dimiliki laki-laki (anima) dan elemen maskulin yang dimiliki perempuan (animus).

"Sebagai contoh, mungkin perempuan pernah terheran-heren kok bisa ya panjat genteng untuk tambal atap bocor saat kondisi darurat. Padahal pada kondisi normal enggak berani," ujar Amel.

"Nah ini contoh bahwa ada elemen maskulinitas atau animus yang dimiliki perempuan". Jung berpendapat, elemen anima dan animus dimiliki manusia untuk memahami bagaimana sifat lawan jenis manusia. Hal ini ada hubungannya dengan fungsi survival manusia.

Lapisan selanjutnya adalah archetype yang bernama Shadow. Lapisan menarik lainnya dalam diri manusia. Lapisan shadow berisi tentang hal-hal mengerikan yang ada dalam diri manusia. Shadow juga menunjukkan tekanan emosional setelah peristiwa traumatis yang 'mungkin' termasuk mementingkan diri sendiri yang merupakan ego itu sendiri.

Jika shadow & ego terkoneksi dengan baik, maka tingkah laku akan tersalur ke hal baik pula. Namun, jika shadow & ego tidak terkoneksi dengan baik, maka kekuatan shadow menjadi lebih agresif hingga berujung menyakiti diri sendiri ataupun orang lain.

"Kalau Anda familiar dengan yin/yang, maka shadow ini bagian hitamnya," jelas Amel. Amel menuturkan, shadow menjelaskan fenomena corps preoccupation, sesuatu yang bisa mengarah ke schadenfreude atau rubbernecking.

"Kenapa sih kok kita suka film horror? Kenapa di Indonesia orang justru selfie di lokasi bencana? Kok kadang-kadang kita ngerasa senang kalo orang lain menderita? Nah ini akibat aktivitasnya shadow atau bagian binatangnya manusia," ucap Amel.

The Self adalah lapisan terakhir dalam archetype. Bagian ini adalah integrasi dari archetype lain. "Dia baru berkembang kalo semuanya sudah berkembang dalam proses yang namanya individuasi," kata Amel.

Amel menyebut the self sebagai titik ekuilibrium sekaligus bagian inti atas kepribadian manusia. "The self berkembang ketika manusia punya persepsi/penilaian yang akurat soal dirinya sendiri (self knowledge).

Ini proses yang paling sulit karena butuh kerja keras untuk mengintergrasikan semua bagian dalam arketipe untuk difusikan menjasi self," ungkap Amel.

Penjelasan diatas kurang lebih akan terlihat seperti ilustrasi gambar di bawah ini.

dok.istimewa
dok.istimewa
Dan kaitannya dengan pembahasan kali ini adakalaya kita sebagai seorang muslim janganlah kita menyiksa diri sendiri. Sesungguhnya Mencintai diri sendiri itu merupakan bagian dari amanah dari Allah SWT, sang pencipta semua mahluk. Mencintai diri bisa dengan cara menerima segala kekurangan yang ada pada diri sendiri dan mensyukuri kelebihan yang diberikan oleh-Nya. Jika bukan diri kita sendiri yang memulai untuk mencintai, lalu siapa lagi yang mencintai diri kita.

Marilah kita memberi cinta sepenuh hati hingga jiwa semakin istiqomah untuk terus memperbaiki menuju kesempurnaan dan kesucian jiwa. Tatalah diri sendiri, arahkan diri sendiri, rawat diri sendiri, hingga iman Islam menancap kokoh dalam jiwa. Mencintai diri sendiri pun bisa dengan menjaga dan senantiasa memperbaharui keimanan kita.

Hargailah setiap kebaikan yang telah berhasil dicapai, sekecil apapun itu. Sesungguhnya seorang Muslim yang terbaik bukanlah yang tidak pernah berbuat kesalahan, melainkan mereka yang setiap kali melakukan kesalahan sadar dan mengakuinya, menerimanya dan kemudian berusaha bangkit untuk memperbaikinya, lagi dan lagi. Karena sesungguhnya segala sesuatu bagi seorang Muslim adalah baik selama dia bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan bersabar saat diberikan ujian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun