Mohon tunggu...
marisasabrina
marisasabrina Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

mahasiswa desain komunikasi visual Universitas Muhammadiyah Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kontroversi AI Bagi Illustrator, Kawan atau Lawan?

22 Desember 2024   18:05 Diperbarui: 22 Desember 2024   18:28 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persaingan antara tenaga manusia dan kecerdasan buatan dalam industri ilustrasi semakin sengit. Kemudahan akses dan biaya yang relatif murah dalam memanfaatkan layanan AI membuat beberapa klien lebih memilih menggunakan AI untuk memenuhi kebutuhan visual mereka.

Munculnya kecerdasan buatan yang semakin canggih telah memunculkan dilema bagi ilustrator, yakni antara melihat AI sebagai alat bantu atau ancaman bagi profesi mereka. Platform-platform desain berbasis AI seperti Design.ai, yang dilengkapi fitur-fitur inovatif seperti Power Drill Al Graph Generator dan Gemcraft Al Generator, telah mempermudah proses desain dengan menawarkan berbagai opsi desain yang dapat dihasilkan secara instan, sehingga memungkinkan desainer untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas karya mereka."

Implementasi (AI) dalam industri kreatif, yang menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya homogenisasi karya seni. Algoritma AI, meskipun mampu menghasilkan desain yang estetis dan efisien, seringkali menghasilkan output yang monoton dan kurang memiliki karakteristik yang khas. Hal ini dikarenakan AI bekerja berdasarkan pola data yang telah dipelajari, sehingga cenderung menghasilkan karya yang repetitif dan kurang mencerminkan kreativitas individu. Dapat membatasi kreativitas art illustrator, kehadiran AI dalam dunia seni dapat membatasi kreativitas yang dimiliki, karena sering kali art illustrator merasa terbebani oleh ekspektasi untuk menyesuaikan atau bersaing dengan karya AI yang sering kali dianggap lebih efisien dan seragam. Selain itu AI juga dapat membantu mengembangkan kreativitas seorang ilustrator, menimbulkan peluang baru bagi ilustrator, menghemat waktu dalam proses pengerjaan, merangsang munculnya ide-ide kreatif baru yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya

Kasus sama yang di alami ilustrator Marjin Kiri

Marjin Kiri adalah seorang ilustrator dengan reputasi yang telah mapan, baru-baru ini menjadi sasaran kritik dari sejumlah pengguna media sosial, terutama di platform X. Perbedaan pendapat mengenai penggunaan AI dalam dunia seni semakin terlihat jelas dalam kasus Marjin Kiri. Klarifikasi yang disampaikan oleh ilustrator ini di platform X pada tanggal 14 Oktober 2024 telah memicu perdebatan sengit di kalangan pengguna. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam membentuk opini publik terhadap isu-isu kontemporer, seperti pemanfaatan teknologi dalam proses kreatif.

Marjin Kiri menjelaskan bahwa tidak hanya ia yang menggunakan AI @marjinkiri : “Dua contoh saja, dari dalam dan luar negeri. Ade Darmawan dlm pameran terakhirnya memakai AI utk menciptakan puluhan gambar serupa litograf jadul yg menampakkan gambar pabrik2 kolonial. Lalu silakan googling buku terbaru fotografer Charlie Engman, “Cursed”, yang sedang masa PO.” Dan Marjin Kiri berkata bahwa kemajuan AI tentu harus di manfaatkan @marjinkiri “Lalu muncul teknologi AI. Tentu saja kami juga menjajalnya dan sekarang diributkan. Kami membaca tentang kontroversi AI, tetapi jelas bahkan hingga saat ini di antara para seniman sendiri tidak ada konsensus. Banyak sekali seniman serius memakai AI sebagai alat berkarya.” Perdebatan publik semakin intensif seiring dengan pernyataan Marjin Kiri pada poin ke-11, di situ Marjin menjelaskan bahwa pemerintah resmi memanfaatkan AI dalam pembelajaran @marjinkiri “Bila AI ilegal, mengapa pemerintah secara resmi justru memanfaatkannya dalam pembelajaran? Jelas Indonesia tidak sendirian dalam hal ini dengan negara-negara lain di dunia”. Setelah menuai kontroversi, Marjin Kiri telah memutuskan untuk menghentikan penggunaan AI dalam proses kreatifnya. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mengakhiri perdebatan yang berkelanjutan dan memenuhi ekspektasi publik terhadap orisinalitas.

Oleh karena itu, penggunaan AI harus digunakan secara bijak, agar dapat bermanfaat dan memunculkan dampak yang positif, dan jika penggunaan AI digunakan secara berlebihan itu akan menimbulkan dampat yang negatif, yang mana akan menimbulkan banyak perdebatan mengenai penggunaan AI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun