Mohon tunggu...
Marisa Pebrianti
Marisa Pebrianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Sunda Wiwitan di Kampung Cirendeu Bersama Mahasiswa PMM 2 UPI

30 Oktober 2022   17:28 Diperbarui: 31 Oktober 2022   11:27 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sunda Wiwitan /Dok pribadi

Mahasiswa PMM 2 UPI kembali melakukan kegiatan Modul Nusantara. Kegiatan tersebut berupa kunjungan ke Kampung Cirendeu yang menganut kepercayaan Sunda Wiwitan. Kunjungan itu dilakukan pada Minggu, 23 Oktober 2022. Berdasarkan kunjungan tersebut, saya tahu bahwa Sunda Wiwitan ialah sebuah kepercayaan yang ada sejak zaman dulu dan penyebarannya di wilayah Pasundan. Para sesepuh Sunda mewariskan kepercayaan ini secara turun temurun sampai membuatnya masih bisa bertahan di beberapa wilayah Banten dan Jawa Barat, salah satunya di Kampung Cirendeu yang kami kunjungi ini. Kepercayaan Sunda Wiwitan dikatakan bahwa sudah ada sebelum datangnya ajaran Hindu, Budha, dan Islam.

Para penganut Sunda Wiwitan meyakini kekuasaan tertinggi ada pada Sang Hyang Kersa (Yang Maha Kuasa) atau Nu Ngersakeun (Yang Maha Berkehendak). Ajaran ini terkandung dalam Kitab Sanghyang Siksakanda Ng Karesian. Kitab tersebut berisi ajaran keagamaan, tuntunan moral, aturan, dan budi pekerti. Selain itu, penganut Sunda Wiwitan sangat dekat dengan konsep saling menghormati antara manusia dengan alam.

Sunda Wiwitan /Dok pribadi
Sunda Wiwitan /Dok pribadi

Berdasarkan kunjungan ini, ternyata masih banyak kepercayaan yang tidak diakui oleh negara. Akan tetapi, kita tetap berpegang teguh ada sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, walaupun setiap orang mempunyai keyakinan dan kepercayaan yang berbeda-beda bahkan ada banyak kepercayaan yang tidak diakui. Namun, setiap orang berhak meyakini bahwa keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya adalah jalan keselamatan yang benar. Meskipun demikian, kita tetap tidak boleh memaksa orang lain untuk mengikuti keyakinan dan kepercayaan kita. Keyakinan dan kepercayaan merupakan perkara individu yang tidak boleh dipaksa. Dengan adanya kebebasan dalam berkeyakinan dan kepercayaan, namun keyakinan tidak bisa dijadikan salah satu alasan untuk menunjukkan kebencian dan penghinaan terhadap keyakinan orang lain bahkan melakukan diskriminasi. Seharusnya, dengan adanya kebebasan berkeyakinan dan kepercayaan, manusia bisa saling menghargai dan menghormati dalam hal keyakinan dan kepercayaan.

Setelah melakukan kegiatan kunjungan ke Sunda Wiwitan ini, saya belajar akan perlunya memiliki sikap teguh pendirian terhadap apa yang telah diyakini. Walaupun Sunda Wiwitan tidak diakui oleh negara sebagai sebuah agama, tetapi masyarakat yang menganut kepercayaan ini tetap bertahan pada apa yang ia yakini. Selain itu, mereka juga tetap hidup damai dan saling menghargai antar sesama manusia. Tak hanya sesama manusia, para penganut Sunda Wiwitan juga sangat menghargai alam. Mereka mencintai tanah air bumi alam semesta sebagai bagian dari kehidupan Insan di dunia. Sunda Wiwitan mampu bertahan dalam era modernisasi tentunya dengan beradaptasi sesuai dengan majunya zaman sehingga tidak menutup diri dengan aktualisasi dunia luar namun dapat bersinergi dan saling menguatkan sehingga Sunda Wiwitan dapat bertahan di tengah arus informasi digitalisasi dan modernisasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun