Suka bingung kan ketika harus menyiapkan mata uang asing sebelum melakukan perjalanan liburan ke luar negeri ? Setelah deretan daftar lokasi wisata yang hendak dikunjungi, transportasi dan akomodasi, mata uang asing negara yang kita tuju juga perlu disiapkan. Dan ketika tiba di negara tersebut, otak harus punya kemampuan cepat melakukan penghitungan kurs mata uang ketika bertransaksi disana. Pernah mendambakan agar perjalanan wisata tidak dipusingkan dengan penukaran uang dan penghitungan kurs di negara tujuan tidak? Nampaknya, aktivitas wisata terkait pembayaran dengan mata uang asing ketika melakukan transaksi di luar negeri tidak perlu dikhawatirkan lagi sekarang, khususnya jika kita ingin mengunjungi negara-negara di ASEAN.
Konektivitas pembayaran regional di wilayah ASEAN telah dibuka lebar sejak  Indonesia terpilih menjadi Ketua ASEAN 2023. Terpilihnya Indonesia menjadi Ketua ASEAN 2023 sejak November 2022 tidak dapat dilepaskan dari ketahanan ekonomi Indonesia selama masa pandemi yang termasuk stabil dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Hal ini terbukti dengan diundangnya Indonesia pada Showcase Event on "Sustainable Finance: Mobilizing Financial Resources for Post-Covid-19 Economic Recovery" dan diminta untuk melakukan pemaparan strategi Indonesia dalam implementasi kebijakan fiskal dalam pemulihan ekonomi Indonesia selama pandemi dan pasca pandemi.
Kebijakan fiskal sejak pandemi terjadi yaitu (i) pelebaran defisit di atas 3% PDB selama 3 tahun, setelah selama 15 tahun terakhir disiplin berada di bawahnya, (ii) fleksibilitas APBN agar APBN dapat responsif mendanai kebutuhan yang sangat prioritas di kala pandemi yaitu kesehatan dan sosial, serta (iii) gotong royong (burden sharing) dengan pihak lain seperti pemerintah daerah terkait pelaksanaan program bantuan sosial dan Bank Indonesia terkait pendanaan penanganan pandemi (Rahayu Puspasari KEMENKEU, 2022)
Visi dan Misi Indonesia dalam Keketuaan ASEAN kelima di tahun 2023 ini mengusung tema "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth" dan untuk  mencapainya, Indonesia menyampaikan 3 Pilar Priorities Economic Deliverables, yaitu: 1) Recover-Rebuilding, 2) Digital Economy, dan 3). Sustainability. Sejalan dengan pilar tersebut,yakni Digital Economy, interkonektivitas sistem pembayaran di negara ASEAN semakin digencarkan.Â
Kerjasama Local Currency Settlement (LCS) Bank Indonesia dengan Bank Sentral ASEAN sebagai wujud pelaksanaan pilar Digital Economy dengan Bank  Negara Malaysia dan Bank of Thailand telah dilaksanakan sejak tahun 2018. Penggunaan mata uang lokal pada transaksi dagang yang dilakukan di negara ASEAN tersebut dilakukan dengan menunjuk  Bank Appointed Cross Currency Dealer (ACCD Bank).  Pada pelaksanaan transaksi dagang bilateral antara Malaysia dan Indonesia, salah satu bank dari 6 bank ACCD melakukan dukungan dengan memberikan layanan pembukaan giro dalam denominasi ringgit Malaysia (MYR) di Maybank Indonesia, pengiriman uang (remittance), menjadi bank koresponden remittance MYR/IDR, trade financing dalam mata uang MYR/IDR dalam rangka aktivitas investasi, direct quotation MYR/IDR dan transaksi spot, forward atau swap MYR/IDR, pada tahun 2018 lalu.Â
Seiring waktu dan pesatnya perkembangan teknologi sistem pembayaran di era digitalisasi, kemunculan QRIS sebagai sistem pembayaran digital resmi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sejak 2019, maka interkonektivitas sistem pembayaran Indonesia Malaysia semakin mudah dilakukan. Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia melakukan kerja sama QRIS lintas negara sehingga pembayaran transaksi dagang yang dilakukan warganegara Indonesia di Malaysia dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi e-wallet, uang elektronik maupun mobile banking yang memiliki sistem pembayaran QR. Begitupun sebaliknya, warganegara Malaysia apabila melakukan kunjungan ke Indonesia, mereka dapat menggunakan DuitNow atau QR Code Pembayaran Malaysia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H