Pagi itu, Rio terbangun dengan perasaan ganjil. Mimpinya semalam begitu nyata: ia melihat dirinya berjalan di tengah padang rumput luas yang asing. Di kejauhan, sosok seorang gadis berdiri memunggunginya, melambai seolah memanggil, tapi saat ia mencoba mendekat, gadis itu menghilang begitu saja. Ketika bangun, hatinya masih terasa berat---seolah mimpinya ingin memberitahukan sesuatu.
Setelah mengguyur tubuhnya dengan air dingin, Rio berjalan keluar kamar dan melihat kalender. 28 Oktober. Hari ini, sekolahnya akan mengadakan acara mengenang alumni yang gugur dalam kecelakaan misterius lima tahun lalu. Rio tak pernah benar-benar peduli soal peringatan seperti ini, tetapi ada sesuatu tentang acara tahun ini yang membuatnya gelisah.
Ia mengambil tasnya dan berjalan menuju sekolah dengan rasa tak nyaman.
Saat tiba di aula sekolah, suasana sudah ramai. Foto-foto para alumni terpajang di papan besar, lengkap dengan karangan bunga dan lilin. Di antara foto-foto itu, pandangan Rio berhenti pada gambar seorang gadis dengan senyum tipis---Rania, siswa yang terkenal sebagai sosok ceria dan penuh semangat. Ia ingat, Rania meninggal dalam kecelakaan bus lima tahun lalu, bersama dengan empat siswa lainnya.
Rio tak punya hubungan dekat dengan Rania saat itu, tapi mereka pernah satu kelompok dalam kegiatan pramuka. Meski pertemuan mereka singkat, Rio selalu merasa ada sesuatu yang aneh tentang kepergian gadis itu---terlalu cepat dan tak terduga.
Sebuah suara menyadarkannya dari lamunannya. "Hei, kamu masih ingat Rania?"
Rio menoleh dan melihat Dian, teman sekelasnya. Dian tersenyum kecil. "Kamu kayaknya mikirin sesuatu."
Rio menggeleng pelan. "Cuma nostalgia aja. Lucu ya, betapa cepat waktu berlalu."
Dian mengangguk, lalu menatap foto Rania sejenak sebelum berkata pelan, "Katanya, sebelum meninggal, Rania pernah bilang sesuatu yang aneh ke beberapa teman dekatnya."
"Kayak apa?" tanya Rio, merasa ada hawa dingin merambat di tengkuknya.
"Dia bilang, ada satu hal yang harus dia selesaikan. Tapi nggak sempat." Dian mengangkat bahu. "Nggak ada yang tahu maksudnya."