Andi membuka mulut untuk membantah, tapi saat itu juga, terdengar suara ketukan pelan dari arah dinding di belakang mereka. Ketukan itu perlahan menjadi lebih keras, seperti ada sesuatu yang berusaha keluar dari dalam dinding.
Ketakutan mereka semakin menjadi. Dina mulai menangis, tubuhnya gemetar hebat. "Kita harus pergi! Sekarang juga!"
Namun saat mereka berbalik untuk lari, pintu yang tadi terbuka tiba-tiba menutup dengan keras. Suara dentumannya menggema di seluruh rumah. Mereka semua terperangkap di dalam ruangan itu.
Bayu mencoba membuka pintu, tapi tidak bisa. Pintu itu terkunci, seolah-olah ada kekuatan tak terlihat yang menahannya.
"Buka! Buka pintunya!" teriaknya dengan panik, tapi usahanya sia-sia.
Sementara itu, ketukan di dinding semakin keras dan terdengar lebih cepat. Lantai di bawah mereka mulai bergetar, dan suara gemuruh samar terdengar dari dalam dinding. Seakan-akan ada sesuatu yang besar dan berat sedang bergerak mendekati mereka.
"Tolong! Seseorang! Bantu kami!" Dina berteriak putus asa, namun suaranya tenggelam di tengah-tengah suara aneh yang semakin mengerikan.
Andi, yang selama ini bersikap sok berani, akhirnya terjatuh ke lantai dengan wajah pucat pasi. "Aku... aku tak tahu apa yang terjadi. Ini tidak mungkin."
Lalu, tiba-tiba, ketukan itu berhenti. Sunyi. Tak ada lagi suara, tak ada lagi getaran. Hanya keheningan yang begitu mencekam.
Mereka semua saling berpandangan, bingung dan takut. Namun sebelum ada yang bisa berkata apa-apa, sesuatu yang tak terduga terjadi.
Dari dinding, muncul sosok hitam yang mengerikan. Bentuknya samar, seperti bayangan yang merayap. Sosok itu bergerak perlahan ke arah mereka, seolah-olah sedang memilih siapa yang akan menjadi korban pertamanya.