Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah salah satu mahasiswi semester akhir. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra yang memiliki nilai moral tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Bukan Sekadar Rindu

19 September 2024   15:07 Diperbarui: 19 September 2024   15:16 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil di pinggir hutan, tinggal seorang gadis bernama Maya. Desa itu dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau, tapi Maya merasa terasing di tempat yang seharusnya membuatnya merasa nyaman. Setiap hari, ia menyusuri jalanan desa yang sepi, menghindari tatapan mata orang-orang yang penasaran dengan kehadirannya.

Maya memiliki satu hobi yang sangat jarang dimiliki oleh orang lain: ia menyukai mengumpulkan batu. Bagi orang-orang desa, itu adalah kebiasaan aneh, tapi bagi Maya, batu-batu itu lebih dari sekadar benda mati. Setiap batu memiliki cerita dan makna tersendiri, dan Maya merasa seolah setiap batu yang ia temukan adalah bagian dari dirinya yang hilang.

Suatu sore, ketika matahari mulai tenggelam dan langit berubah menjadi oranye keemasan, Maya menemukan batu yang berbeda dari biasanya. Batu itu kecil dan berbentuk hati, dengan corak biru yang memancar lembut di bawah cahaya matahari. Maya merasa ada sesuatu yang istimewa tentang batu itu, seolah batu itu memanggil namanya.

Malam itu, Maya duduk di meja kerjanya dengan batu hati di tangan. Ia membolak-balikkan batu itu sambil merenung, berharap menemukan makna yang tersembunyi di baliknya. Namun, tidak ada penjelasan yang muncul. Ia memutuskan untuk tidur, menyimpan batu itu di samping bantalnya.

Ketika Maya tertidur, ia memasuki sebuah mimpi yang sangat hidup. Dalam mimpi itu, ia berada di sebuah padang bunga yang sangat luas, dan di tengah-tengahnya terdapat seorang pria yang tampan, mengenakan pakaian tradisional yang aneh. Pria itu tampak memandang Maya dengan penuh perhatian, seolah-olah ia telah menunggu kedatangan Maya sejak lama.

Pria itu berkata dengan lembut, "Kau akhirnya datang. Aku telah menunggumu."

Maya terkejut, "Siapa kau? Dan apa yang kau inginkan dariku?"

Pria itu tersenyum, "Aku adalah penjaga batu-batu ini. Batu yang kau temukan adalah bagian dari diriku yang hilang. Aku memerlukan bantuanmu untuk menyatukan kembali bagian-bagian yang terpisah."

Saat pria itu berbicara, Maya merasakan sebuah ikatan yang kuat terbentuk antara mereka. Ia merasa nyaman dan terhubung, seolah-olah mereka telah saling mengenal sejak lama. Namun, tiba-tiba, mimpi itu berakhir, dan Maya terbangun dengan jantung berdegup kencang.

Keesokan paginya, Maya memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang batu hati yang ia temukan. Ia pergi ke perpustakaan desa, sebuah bangunan kecil dengan rak-rak buku yang penuh debu. Di sana, ia menemukan sebuah buku tua tentang mitos dan legenda lokal.

Buku itu menceritakan tentang sebuah legenda kuno yang mengisahkan tentang batu hati yang memiliki kekuatan magis. Batu-batu ini konon adalah bagian dari entitas yang lebih besar, dan hanya seseorang yang murni hatinya dapat menyatukan kembali bagian-bagian yang hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun