Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah salah satu mahasiswa semester 6. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Perjalanan Tanpa Akhir

15 September 2024   11:09 Diperbarui: 15 September 2024   11:16 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu pagi yang cerah, awan putih menggantung di langit biru, Arman terbangun dengan perasaan yang aneh. Hari itu, sepertinya segala sesuatu akan berubah. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi, namun perasaan itu begitu kuat menggelayuti pikirannya. Setelah mencuci muka dan mengganti pakaian, ia memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak mengelilingi kota kecilnya.

Arman tinggal di sebuah desa yang jauh dari hiruk-pikuk kota besar. Di tempat itu, orang-orang saling mengenal dan hidup dengan sederhana. Namun, bagi Arman, hidup di desa ini terasa seperti penjara yang tak terlihat. Ia selalu merasakan ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang belum ia temukan.

Ketika berjalan melewati alun-alun desa, pandangannya tertuju pada sebuah papan pengumuman. Di sana, tertulis besar-besar:

"PERJALANAN MISTERI: TEMUKAN DIRIMU SENDIRI."

Arman mendekati papan tersebut, matanya membaca setiap kata dengan teliti. Di bagian bawah, terdapat keterangan bahwa siapa pun yang berminat dapat mendaftar untuk mengikuti perjalanan misteri ini. Tak ada informasi lebih lanjut tentang ke mana perjalanan ini akan menuju, atau apa tujuannya. Hanya sebuah alamat kantor yang tertera di bagian bawah, tempat peserta bisa mendaftar.

Tanpa berpikir panjang, Arman merasakan dorongan kuat untuk mengikuti perjalanan itu. Ia merasa ini mungkin jawabannya, petualangan yang selama ini ia cari. Tanpa menunggu lebih lama lagi, ia pergi ke alamat yang tertera dan mendaftar. Petugas di sana hanya tersenyum kecil saat Arman menyerahkan formulirnya.

"Besok pagi, jam tujuh tepat, di alun-alun desa. Jangan terlambat," ujar petugas itu.

Keesokan paginya, Arman tiba di alun-alun dengan rasa antusias. Bersama dengan beberapa orang lainnya, ia menunggu sebuah bus besar yang katanya akan membawa mereka ke tempat tujuan. Beberapa menit kemudian, bus berwarna biru tiba, dan semua peserta naik dengan tertib. Tanpa banyak kata, bus melaju meninggalkan desa.

Di dalam bus, suasana hening. Tak seorang pun yang tampak saling mengenal. Mereka duduk dengan tenang, sebagian melihat keluar jendela, sebagian lagi memejamkan mata seolah mencoba merasakan apa yang akan terjadi. Arman duduk di samping seorang pria tua yang tampak bijaksana, dengan senyum tenang di wajahnya.

"Apakah kau tahu ke mana kita akan pergi?" tanya Arman akhirnya, memecah keheningan.

Pria tua itu menoleh dan tersenyum. "Perjalanan ini bukan tentang ke mana kita akan pergi, tetapi tentang apa yang akan kita temukan di dalam diri kita."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun