Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah salah satu mahasiswa semester 6. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Rahasia Di Balik Lensa

14 September 2024   15:52 Diperbarui: 14 September 2024   15:57 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu adalah Sabtu yang cerah ketika Indra pertama kali menemukan kamera tua itu. Ia sedang berjalan-jalan di pasar loak, mencari barang-barang antik untuk koleksi pribadinya. Sejak kecil, Indra selalu tertarik pada benda-benda lama, terutama kamera. Ia senang membayangkan berapa banyak kenangan yang telah tertangkap oleh lensa-lensa tua itu.

Di salah satu kios, matanya tertuju pada sebuah kamera analog tua yang diletakkan di sudut meja kayu usang. Kamera itu terlihat berbeda dari yang lain, dengan bodi hitam berkilau dan lensa yang masih tampak bersih. Di atasnya terukir sebuah tulisan kecil dalam bahasa Latin, "Veritas In Camera".

"Berapa harga kamera ini?" tanya Indra kepada penjual.

Pria tua di balik meja tersenyum tipis. "Kau punya selera bagus, Nak. Itu bukan kamera biasa. Harganya lima ratus ribu."

Tanpa berpikir panjang, Indra mengeluarkan dompetnya dan membayar. Penjual itu memberikannya kamera dengan hati-hati, seolah benda itu sangat berharga.

"Gunakan dengan bijak," kata pria tua itu sebelum Indra pergi. Kata-katanya terdengar aneh di telinga Indra, tapi ia mengabaikannya. Bagaimanapun juga, kamera ini hanya akan menambah koleksi antiknya.

Setibanya di rumah, Indra langsung membersihkan kamera itu dan mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang mereknya. Anehnya, tidak ada informasi apapun di internet tentang "Veritas In Camera" atau kamera serupa. Semakin Indra mencari, semakin ia merasa penasaran. Kamera ini seperti tidak pernah ada sebelumnya, seolah-olah ia adalah satu-satunya di dunia.

Tak lama kemudian, Indra memutuskan untuk mencoba kamera itu. Ia memasukkan roll film yang baru dibelinya dan keluar ke halaman rumah untuk mengambil beberapa gambar. Ia memotret pohon, bunga, dan jalan setapak di depan rumahnya. Setelah puas, ia membawa film itu ke toko cuci cetak foto di dekat rumahnya.

"Tunggu saja, Mas. Hasilnya mungkin bisa diambil besok sore," kata petugas toko.

Indra mengangguk dan pulang ke rumah. Malam itu, ia memikirkan kamera itu lagi. Ada sesuatu yang ganjil, tapi ia tidak tahu apa. Selama bertahun-tahun mengumpulkan kamera tua, ia belum pernah menemukan kamera yang memberinya perasaan seperti ini. Perasaan seolah kamera itu menyimpan rahasia.

Keesokan harinya, Indra kembali ke toko foto. Petugas toko tampak sedikit bingung saat menyerahkan amplop berisi foto-foto itu kepadanya.

"Mas Indra, fotonya agak aneh. Mas yakin ini yang Mas foto?" tanya petugas.

Indra mengerutkan dahi. "Maksudnya aneh bagaimana?"

Petugas itu mengangkat bahu. "Lebih baik Mas lihat sendiri."

Indra membuka amplop itu dan melihat foto-foto hasil jepretannya. Tapi, apa yang ia lihat membuatnya tertegun. Foto-foto yang seharusnya menampilkan pohon dan bunga di halamannya kini menunjukkan sesuatu yang sama sekali berbeda.

Di foto pertama, terlihat seorang wanita berdiri di tengah-tengah jalan setapak di depan rumahnya. Wajahnya kabur, tapi postur tubuhnya jelas menunjukkan bahwa dia sedang menghadap ke arah kamera. Di foto kedua, wanita itu lebih dekat, kali ini terlihat seperti sedang berjalan ke arah rumah. Foto ketiga, ia berada di depan pintu rumah Indra, mengulurkan tangannya ke arah gagang pintu.

Indra merasa bulu kuduknya meremang. Ia yakin tak ada seorang pun di sekitar rumah saat ia mengambil foto-foto itu. Ia tidak mengenali wanita dalam foto-foto tersebut.

"Ada masalah, Mas?" tanya petugas toko dengan nada prihatin.

Indra menggeleng, berusaha untuk tetap tenang. "Nggak, nggak ada. Terima kasih, ya."

Sepanjang perjalanan pulang, pikiran Indra terus dipenuhi oleh foto-foto aneh itu. Siapa wanita itu? Bagaimana bisa ia muncul dalam foto-fotonya? Sesampainya di rumah, ia segera memeriksa halaman depan. Tidak ada jejak apapun yang menunjukkan bahwa seseorang pernah berada di sana. Jalan setapak itu kosong, seperti yang diingatnya.

Malam itu, Indra tidak bisa tidur. Setiap kali ia memejamkan mata, bayangan wanita dalam foto-foto itu kembali menghantui pikirannya. Ia memutuskan untuk mengambil kamera itu lagi dan memeriksanya lebih dekat. Mungkin ada sesuatu yang ia lewatkan.

Sambil memegang kamera di tangannya, Indra melihat lebih dekat tulisan "Veritas In Camera" di bagian atas. Tiba-tiba, sesuatu di dalam dirinya mendesaknya untuk mencari tahu arti kalimat itu. Ia membuka laptopnya dan mulai mencari terjemahan dari bahasa Latin tersebut.

"Veritas In Camera" berarti "Kebenaran dalam Kamera".

Kebenaran? Apa maksudnya?

Penasaran, Indra memasukkan roll film baru ke dalam kamera dan memutuskan untuk mengambil lebih banyak foto di dalam rumah. Ia memotret ruang tamu, dapur, dan kamar tidurnya. Ia bahkan mengambil beberapa foto dirinya di depan cermin. Setelah itu, ia membawa film tersebut kembali ke toko cuci cetak untuk dikembangkan.

Seperti sebelumnya, petugas toko menatapnya dengan tatapan bingung ketika ia datang untuk mengambil foto-fotonya.

"Mas Indra, ini... lebih aneh dari yang kemarin," kata petugas itu.

Indra membuka amplopnya, dan apa yang dilihatnya membuatnya tak bisa berkata-kata. Di salah satu foto ruang tamu, ada seseorang duduk di sofa. Padahal, saat Indra memotret, ruang tamu itu kosong. Orang itu adalah seorang pria, mengenakan pakaian yang sudah lusuh, dengan wajah yang penuh luka. Dia duduk diam, menatap lurus ke arah kamera dengan tatapan kosong.

Di foto lain, dapur terlihat berantakan, seperti ada seseorang yang telah menghancurkan semua perabotan di dalamnya. Padahal, ketika Indra meninggalkan rumah, dapurnya dalam keadaan rapi. Tapi foto yang paling mengejutkan adalah foto kamar tidurnya. Di tempat tidur, ada seorang wanita yang sedang tidur. Wajahnya kabur, tapi Indra bisa merasakan kehadirannya melalui gambar itu. Dia tahu, wanita itu adalah orang yang sama dengan yang ada di foto sebelumnya -- wanita misterius yang terus mengikutinya.

Indra merasa kepalanya berputar. Foto-foto ini tidak masuk akal. Bagaimana mungkin kamera itu bisa menangkap sesuatu yang tidak ada di sana?

Malam harinya, Indra mencoba tidur, tapi suara-suara aneh mulai terdengar di rumahnya. Suara langkah kaki yang berat di lantai kayu, suara napas yang samar di ujung ruangan, dan kadang-kadang, bisikan pelan yang tidak jelas dari mana asalnya. Ia memeriksa seluruh rumah, tapi tidak menemukan siapa pun. Namun, setiap kali ia kembali ke kamar, suara-suara itu kembali.

Akhirnya, dengan jantung yang berdebar kencang, Indra mengambil kamera itu lagi. Ia menyalakan semua lampu di rumah, bertekad untuk menemukan jawaban. Ia mengangkat kamera dan mulai memotret setiap sudut rumah, berharap menemukan sumber dari kegelisahannya.

Ketika film itu habis, ia bergegas keluar rumah dan menuju toko foto, meskipun saat itu sudah larut malam. Ia mengetuk pintu toko berkali-kali hingga petugasnya keluar dengan wajah bingung.

"Mas, ini sudah malam. Ada apa?"

"Saya butuh bantuan. Tolong, cetak film ini sekarang," pinta Indra, suaranya penuh ketegangan.

Meskipun ragu, petugas itu akhirnya setuju untuk mencetak film tersebut. Sementara menunggu, Indra duduk di kursi depan toko, meremas-remas tangannya. Ia merasa bahwa apa pun yang tertangkap oleh kamera ini akan memberikan jawaban atas misteri yang menghantuinya.

Beberapa saat kemudian, petugas keluar dengan amplop foto di tangannya. Wajahnya tampak pucat.

"Mas Indra, apa yang sebenarnya terjadi di rumahmu?"

Indra segera meraih amplop itu dan membuka isinya. Satu per satu, ia memeriksa foto-foto itu. Foto pertama menunjukkan ruang tamu, tapi kali ini, ada lima orang berdiri di sana, dengan tubuh yang tampak transparan. Di foto kedua, dapurnya terlihat hancur, dengan bayangan-bayangan hitam melayang di sekitarnya. Tapi yang paling mengejutkan adalah foto terakhir: kamar tidur Indra. Di atas tempat tidurnya, ada dua sosok yang duduk diam, menatap lurus ke arah kamera. Mereka tidak memiliki wajah, hanya bayangan gelap dengan bentuk manusia.

Tiba-tiba, ponsel Indra berdering. Tangannya gemetar saat ia mengangkat panggilan itu.

Suara di ujung telepon terdengar pelan namun jelas. "Kau sudah melihat kebenarannya, Indra. Sekarang, giliranmu."

Sebelum Indra sempat merespons, telepon itu mati. Dengan tangan gemetar, ia meletakkan ponselnya dan menatap kamera di tangannya. Kamera yang tampaknya bisa menangkap kebenaran, tapi kebenaran seperti apa? Indra merasa bahwa jawabannya bukanlah sesuatu yang ingin ia ketahui.

Sumbawa, 14 September 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun