Hari ini, aku bangun dengan rasa rindu yang menyesakkan dada, seperti ada sesuatu yang hilang dalam hidupku. Pagi ini begitu sunyi, hanya terdengar suara angin yang berhembus lembut melalui celah jendela kamarku. Aku duduk di tepi tempat tidur, menatap kosong ke arah jendela yang menampilkan pemandangan taman belakang rumah. Di balik embun yang menempel pada kaca, aku melihat bayangan masa lalu yang kembali hadir dengan jelas di ingatanku. Seutas kenangan yang begitu berkesan, yang mungkin tak akan pernah pudar dari ingatanku.
Kembali ke tahun 2010, saat itu aku masih duduk di bangku SMA. Aku adalah seorang remaja yang tidak terlalu menonjol di sekolah, lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan daripada berkumpul dengan teman-teman. Hari-hariku penuh dengan buku dan imajinasi, hingga suatu hari, hidupku berubah saat aku bertemu dengannya.
Namanya Arga, seorang siswa pindahan yang baru saja bergabung di kelas kami. Dari awal, dia berbeda dari yang lain. Arga tidak terlalu banyak bicara, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang membuat orang-orang tertarik. Entah itu caranya tersenyum, atau mungkin cara dia menatap dunia dengan mata yang penuh rasa ingin tahu. Yang pasti, aku merasakan ada sesuatu yang berbeda ketika melihatnya.
Pertemuan pertama kami terjadi di perpustakaan sekolah, tempat favoritku. Saat itu, aku sedang mencari sebuah buku di rak paling atas. Tanpa disangka, buku yang kutarik membuat beberapa buku lain jatuh. Sebelum aku sempat mengumpulkan buku-buku yang berserakan, tiba-tiba Arga muncul dan membantu. "Buku yang bagus," katanya sambil memberikan salah satu buku yang jatuh. Aku hanya bisa tersenyum kikuk dan mengucapkan terima kasih.
Sejak saat itu, kami sering bertemu di perpustakaan. Arga ternyata juga seorang kutu buku, sama sepertiku. Kami mulai berbicara tentang banyak hal---mulai dari buku, musik, hingga mimpi-mimpi kami di masa depan. Aku merasa nyaman bersamanya, seperti menemukan seorang teman sejati. Setiap kata yang dia ucapkan selalu penuh makna, membuatku merasa bahwa dunia ini penuh dengan hal-hal menarik yang belum pernah kuketahui sebelumnya.
Hari-hari terus berlalu, dan persahabatan kami semakin erat. Aku dan Arga sering menghabiskan waktu bersama, baik di sekolah maupun di luar. Ada satu momen yang sangat berkesan bagiku, dan mungkin akan selalu menjadi kenangan yang tak akan pernah kulupakan.
Suatu sore di akhir pekan, Arga mengajakku untuk berjalan-jalan di sekitar kota. Dia bilang, ada tempat yang ingin dia tunjukkan padaku. Kami berjalan menyusuri jalan-jalan kecil yang penuh dengan kenangan masa kecilnya, hingga akhirnya kami tiba di sebuah taman kecil yang tersembunyi di balik gedung-gedung tua. Taman itu begitu indah, dengan bunga-bunga yang bermekaran dan sebuah danau kecil di tengahnya. Arga berkata, "Ini adalah tempat favoritku. Aku sering datang ke sini saat butuh waktu untuk berpikir."
Kami duduk di bangku kayu yang menghadap ke danau. Arga mulai bercerita tentang keluarganya, tentang mimpi-mimpinya, dan tentang ketakutannya akan masa depan. Dia adalah seorang pemimpi besar, tetapi juga realistis. Dia tahu bahwa hidup tidak selalu mudah, tetapi dia yakin bahwa setiap orang memiliki jalan mereka masing-masing.
Saat itu, aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Arga berbicara dengan nada yang serius, seolah-olah ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. Setelah beberapa saat hening, dia menatapku dengan mata yang penuh dengan kehangatan. "Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu," katanya dengan suara pelan.
Aku menatapnya, merasa jantungku berdetak lebih cepat. "Apa itu, Arga?"
Dia tersenyum, senyum yang selalu bisa membuatku merasa tenang. "Kau adalah orang yang sangat berarti bagiku. Aku merasa beruntung bisa mengenalmu, dan aku tidak ingin kehilanganmu."