Mohon tunggu...
Marisa Fitri
Marisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah salah satu mahasiswi semester akhir. Saya memiliki hobi membaca dan menulis karya sastra yang memiliki nilai moral tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Perbedaan Bukan Alasan untuk Bersatu

2 September 2024   14:30 Diperbarui: 2 September 2024   14:30 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu malam, setelah melewati hari yang sangat melelahkan, Raka dan Laila duduk di tepi sebuah sungai kecil yang mengalir dari pegunungan. Mereka menyalakan api unggun untuk menghangatkan diri dan memasak makanan sederhana dari bekal yang mereka bawa. Angin malam bertiup lembut, membawa aroma segar dari hutan sekitar.

"Apa yang akan kau lakukan jika kita tidak menemukan desa itu?" tanya Raka tiba-tiba, memecah keheningan.

Laila terdiam sejenak sebelum menjawab. "Aku tidak tahu, mungkin aku akan terus berjalan sampai aku menemukannya, atau sampai aku menemukan sesuatu yang lain. Bagiku, perjalanan ini bukan hanya tentang menemukan desa itu, tapi juga tentang menemukan diriku sendiri."

Jawaban Laila membuat Raka merenung. Selama ini, dia selalu merasa bahwa dia sedang mencari sesuatu, tapi dia tidak tahu apa itu. Mungkin, seperti Laila, dia juga sedang mencari jati dirinya. Perjalanan ini telah memberinya banyak pelajaran, tetapi dia masih merasa ada yang belum lengkap.

Malam itu, ketika Raka berbaring di bawah langit yang dipenuhi bintang, dia memikirkan tentang semua yang telah dia alami. Dia menyadari bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan, dan setiap orang memiliki jalannya sendiri-sendiri. Tidak peduli ke mana jalan itu akan membawa, yang terpenting adalah bagaimana kita menjalaninya.

Hari berikutnya, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke arah puncak gunung. Semakin tinggi mereka mendaki, semakin sulit jalannya. Udara semakin tipis, dan suhu semakin dingin. Namun, semangat mereka tetap menyala, karena mereka tahu bahwa mereka semakin dekat dengan tujuan mereka.

Setelah berhari-hari mendaki, mereka akhirnya mencapai sebuah dataran tinggi yang luas. Di depan mereka, terbentang sebuah lembah yang dikelilingi oleh puncak-puncak gunung yang menjulang tinggi. Di tengah lembah itu, terlihat sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh ladang-ladang hijau dan sungai yang berkelok-kelok.

Laila dan Raka saling berpandangan dengan rasa tidak percaya. Mereka akhirnya menemukan desa yang mereka cari. Dengan semangat yang baru, mereka bergegas turun ke lembah dan memasuki desa tersebut.

Desa itu tampak sangat tenang, dengan penduduk yang ramah dan suasana yang damai. Rumah-rumah di sana dibangun dari kayu dan batu, dengan atap jerami yang tebal. Di tengah desa, terdapat sebuah kuil tua yang dikelilingi oleh pepohonan besar. Penduduk desa menyambut mereka dengan hangat dan memperlakukan mereka seperti tamu istimewa.

Selama tinggal di desa itu, Raka dan Laila merasa seolah-olah mereka telah menemukan surga di bumi. Desa itu penuh dengan keindahan alam dan ketenangan yang tidak pernah mereka temukan di tempat lain. Setiap hari, mereka berjalan-jalan di sekitar desa, menikmati pemandangan yang luar biasa dan berinteraksi dengan penduduk setempat.

Namun, setelah beberapa hari tinggal di sana, Raka mulai merasa gelisah. Meskipun desa itu sangat indah dan damai, dia merasa bahwa dia belum menemukan apa yang sebenarnya dia cari. Perasaan itu semakin kuat setiap hari, hingga akhirnya dia tidak bisa lagi menahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun