Senja memeluk langit dengan warna oranye kemerahan yang indah. Di tepi pantai, angin sepoi-sepoi membelai lembut wajah mereka. Laura duduk di atas pasir, memandangi ombak yang datang dan pergi seolah membawa kenangan-kenangan masa lalu. Di sampingnya, Reno hanya terdiam, menatap matahari yang perlahan-lahan tenggelam di cakrawala.
"Reno, apa kau pernah berpikir tentang masa depan?" tanya Laura dengan suara lembut, memecah keheningan di antara mereka.
Reno menghela napas, lalu mengangguk pelan. "Setiap hari, Laura. Setiap hari aku memikirkannya. Dan setiap kali aku berpikir tentang masa depan, kau selalu ada di dalamnya."
Laura tersenyum, meskipun hatinya merasa cemas. "Tapi, apa yang akan terjadi jika kita tak bisa bersama? Jika hidup membawa kita ke arah yang berbeda?"
Reno menatap Laura dengan mata yang penuh kesungguhan. "Aku percaya, jika kita memang ditakdirkan bersama, apapun yang terjadi, kita akan selalu menemukan jalan kembali. Kita hanya perlu percaya."
Matahari akhirnya tenggelam sepenuhnya, meninggalkan langit yang kini dihiasi oleh bintang-bintang yang mulai muncul satu per satu. Reno meraih tangan Laura, menggenggamnya erat. "Laura, aku berjanji, sejauh apapun kita terpisah, aku akan selalu kembali untukmu. Kau adalah rumah bagiku."
Laura merasakan air mata hangat mulai mengalir di pipinya. Dalam hatinya, ia tahu betapa sulitnya memegang janji itu. Namun, ada sesuatu dalam cara Reno berbicara yang membuatnya percaya, setidaknya untuk malam ini.
Mereka duduk bersama dalam keheningan, menikmati kebersamaan yang mungkin tak akan bertahan lama. Tapi mereka tahu, dalam setiap kenangan, dalam setiap detak jantung, mereka akan selalu memiliki satu sama lain.
Sumbawa, 15 Agustus 2024
