Dengan demikian manusia diciptakan ALLAH di dunia yang singkat untuk bertanggung jawab lalu meneruskan perjalanan di kubur dan akhirat.
Hakikat diri manusia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), manusia adalah makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain), disebut juga orang atau insan. Dengan demikian, akal budi menjadikan manusia istimewa diantara makhluk lain. Pikirannya semakin mencari-cari hingga sampailah ia pada ketetapan bahwa pedoman hidupnya lengkap tertulis pada kitab Alquran. Terdapat beberapa surat yang menjelaskan tentang diri manusia, salah satunya:
"Dia Menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia membentuk rupamu lalu memperbagus rupamu, dan kepada-Nya tempat kembali" (QS. At-Taghobun: 3).
Bahwa ALLAH membentuk rupa dan memperbagusnya, berarti setiap manusia diciptakan pada kondisi yang sudah bagus. Kemudian kembali kepada NYA yang berarti berakhirlah masa hidup di dunia. Masih ada beberapa surat yang menjelaskan seputar proses penciptaan manusia. Maka, seharusnya manusia menyadari hakikat dirinya sebagai sebaik-baik penciptaan. Kini dia sadari bahwa raga, akal, dan jiwa yang dianugerahkan ALLAH dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengamalkan pedoman ALLAH sebagai pertanggung jawaban kepada NYA.
Setelah menyadari hakikat diri, seseorang itu berpikir tentang tujuannya sebagai manusia agar dapat mengisi kehidupan dengan benar. Kembali lagi ia pada pedoman dalam firman ALLAH. Ia temukan bahwa ALLAH mengutus manusia sebagai khalifah di bumi. Itulah hakikat kehidupan yang berarti setiap menusia memiliki peran untuk menggantikan manusia sebelumnya. Hal tersebut juga bermakna bahwa setiap manusia mengisi dan mempersiapkan kehidupan untuk manusia selanjutnya sebagai penerus.
ALLAH Maha Mengetahui atas segala makhluk ciptaan NYA sehingga menetapkan manusia sebagai khalifah. Hal tersebut merupakan keistimewaan. Kita yang hidup pada masa ini menggantikan keberadaan manusia masa lampau. Kita mengisi kehidupan dengan mempertahankan kebaikan alam semesta sekaligus mempersiapkan kehidupan yang baik untuk dijalani manusia selanjutnya.Â
Sebagaimana kehidupan kita sekarang adalah kontribusi dari upaya manusia sebelumnya bagi kita para penerus. Berarti pula, manusia pasti habis masa hidupnya di dunia, kemudian menjalani kehidupan di alam berikutnya (alam kubur dan akhirat). Dengan demikian, dia berpikir bahwa setiap manusia tidak hanya mempersiapkan estafet kehidupan, namun penting pula mengetahui dan mempersiapkan kehidupan setelah alam dunia agar dilalui dengan benar.
Setiap manusia mengawali hidupnya dengan terlahir ke alam dunia sebagai bayi yang penuh ketidaktahuan namun secara alamiah akan terus belajar. Sehingga ilmu dan amal ditengarai sebagai modal mengisi kehidupan sebagai khalifah.Â