Mohon tunggu...
Marisa Hasanah
Marisa Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Mahasiswa Gizi FKM UI

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stunting dan Obesitas di Indonesia Terjadi Secara Bersamaan?

4 Januari 2022   13:52 Diperbarui: 4 Januari 2022   14:01 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu Double Burden of Malnutrition, Stunting, dan Obesitas?

Double burden of malnutrition merupakan kejadian yang terdiri atas berbagai jenis kekurangan gizi makro dan mikro maupun kelebihan zat gizi makro dan mikro, tetapi pada pembahasan kali ini, fokus pembahasan tertuju pada kejadian stunting dan obesitas. Untuk stunting sendiri, adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya yang seusia (Kementerian Desa, 2017), sedangkan kelebihan berat badan dan obesitas adalah keadaan akumulasi lemak yang berlebihan dalam tubuh yang dapat menyebabkan komplikasi dari penyakit lain (WHO, 2021). Menurut target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang ditetapkan untuk 2024, Indonesia masih harus mengejar dan menurunkan persentase kejadian stunting dan minimal mempertahankan persentase dari obesitas. 

Apa saja Faktor Penyebab Stunting dan Obesitas?

Untuk mengatasi kejadian stunting dan obesitas di Indonesia, kita perlu menelusuri akar masalahnya. Berikut adalah beberapa akar dari kejadian stunting dan obesitas.

  1. Asupan zat gizi. 
    • Asupan gizi meliputi konsumsi dari total energi, karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral.  Ketidakcukupan asupan gizi mungkin terjadi pada salah satu atau lebih zat gizi tersebut dan dapat menyebabkan malnutrisi hingga stunting. Ketidakcukupan asupan gizi ini saling berhubungan dengan meningkatnya kerentanan dan keparahan dari infeksi (Jonsson, 1993). Sebaliknya, asupan gizi tinggi kalori dan lemak akan berakibat pada peningkatan berat badan dan obesitas. (Brown, 2017 dan Sahoo, et al., 2015). 
  2. Ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga
    • Ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga mencakup akses ke makanan, ketersediaan (kuantitas dan kualitas), dan kemampuan rumah tangga dalam memanfaatkan bahan makanan yang ada (utilitas) (Jonsson, 1993). Seseorang yang memiliki ketahanan pangan rendah lebih mungkin memiliki jumlah asupan, ketersediaan, dan kualitas pangan yang kurang, sehingga akan bergantung pada jumlah konsumsi yang lebih sedikit atau mengonsumsi makanan dengan berbiaya rendah, tetapi padat energi. Hal ini yang dapat menyebabkan konsumsi energi yang kurang karena pangan yang kurang adekuat, atau justru sebaliknya menjadi berlebihan karena konsumsi pangan tinggi energi dan mengakibatkan obesitas (Pan, et al., 2012).
  3. Pola asuh ibu dan anak yang kurang baik
    • Pola asuh ibu dan anak adalah perilaku pemberian asuhan, seperti menyusui, memberikan MPASI, kebersihan pangan dan individu, mendiagnosis penyakit, stimulasi bahasa dan kemampuan lainnya, dan menyediakan dukungan emosi. Pola asuh ibu sangat berpengaruh terhadap asupan makanan anak yang didasarkan pada pemilihan bahan makanan. Penelitian oleh Rachmi, et al. (2018), menemukan bahwa pemilihan bahan makan sangat dipengaruhi oleh faktor pendapatan dan status sosial ekonomi. Faktor keuangan, yang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap double burden of malnutrition, sangat mempengaruhi proses pemenuhan bahan makanan sehat bagi keluarga dengan status ekonomi rendah dan menengah.
  4. Ekonomi dan Pendapatan rumah tangga
    • Keluarga yang memiliki pendapatan tinggi dapat menawarkan kesempatan untuk menyediakan makanan berkualitas baik dan lebih banyak layanan kesehatan. Berat badan kurang, umumnya, terjadi pada kelompok berpenghasilan rendah daripada kelompok berpenghasilan tinggi (Galgamuwa, et al., 2017). Gibson, et al. (2021) menyatakan bahwa faktor pendapatan keluarga dapat mempengaruhi ketahanan pangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Diana dan Tanziha (2020), yaitu ditemukan bahwa ketahanan pangan rumah tangga berkorelasi dengan faktor sosial ekonomi rumah tangga. Individu atau keluarga dengan status ekonomi cukup dan ke atas, dapat memenuhi berbagai kebutuhan, termasuk berbagai asupan makanan yang mengandung berbagai zat gizi. Namun, bila dilakukan pembelian yang berlebihan dan makanan tinggi kalori seperti fast food dalam jangka waktu cukup sering dan menjadi kebiasaan, maka dapat menimbulkan obesitas (Brown, 2017 dan Sahoo, et al., 2015).
  5. Pengetahuan Gizi Ibu
    • Pengetahuan ibu, terutama tentang gizi dan penerapan pola makan yang baik dalam kehidupan sehari-hari, memiliki hubungan dengan status gizi anak. Orang tua, terutama ibu, dengan pengetahuan gizi lebih baik dapat berkontribusi dalam meningkatkan gizi anak. Anak yang terpenuhi kebutuhan gizinya menunjukkan adanya perhatian dan kapasitas belajar yang lebih besar dibandingkan anak yang malnutrisi (Jonsson, 1993). Hal ini karena orang tua yang memiliki pengetahuan kurang tentang gizi dan kesehatan cenderung tidak memperhatikan kandungan zat gizi dalam makanan keluarganya (Khotimah, et al., 2010).
  6. Jumlah anggota rumah tangga yang banyak
    • Keterkaitan antara jumlah anggota keluarga dengan terjadinya double burden of malnutrition pada keluarga disebabkan karena kondisi ketahanan pangan dalam keluarga dan distribusi bahan pangan di dalam keluarga tersebut. Semakin banyak anggota keluarga, maka jumlah kebutuhan pangan semakin tinggi. Kebutuhan pangan yang meningkat juga berkaitan dengan meningkatnya beban ekonomi keluarga dan pada akhirnya memberikan potensi untuk berkurangnya asupan makan ketika peningkatan beban ekonomi tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan penghasilan pada keluarga  (Astuti, Huriyati dan Susetyowati., 2020).

Apa Kesimpulannya?

Kesimpulannya adalah kecukupan asupan gizi, ketahanan pangan tingkat rumah tangga, pola asuh ibu dan anak yang kurang baik, ekonomi dan pendapatan keluarga, pengetahuan ibu yang kurang, dan jumlah anggota rumah tangga yang banyak merupakan beberapa faktor penyebab dari kejadian stunting dan obesitas di Indonesia. Setelah mengetahui beberapa akar masalah dari stunting dan obesitas, akar masalah ini dapat diatasi bersama-sama mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan didukung oleh pemerintah.

Penulis:

Marisa Hasanah Afiff & Mikayla Yazmine Thwayya

Mahasiswa S1 Reguler Gizi FKM UI.

Referensi:

Astuti, N., Huriyati, E., dan Susetyowati. 2020. Prevalensi dan Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Beban Gizi Ganda pada Keluarga di Indonesia. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. 16(1).

Brown, J. E. 2017. Nutrition Through The Life Cycles 6th ed. Boston: Cengage Learning.

Diana, R. dan Tanziha, I. 2020. Double Duty Actions to Reduce the Double Burden of Malnutrition in Indonesia. Amerta Nutr. 326-334.

Galgamuwa, L., Iddawela, D., Dharmaratne, S. and Galgamuwa, G., 2017. Nutritional Status and Correlated Socio-economic Factors Among Preschool and School Children in Plantation Communities, Sri Lanka. BMC Public Health, 17. 

Gibson, E. et al. 2021. Experiences of food and nutrition insecurity in specialised fishing households in Komodo District. BMC Public Health, 21(355).

Khotimah et al., 2010. Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Makan Balita dengan Status Gizi Balita (12-59 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Gandus Kecamatan Gandus Palembang Tahun 2010. Jurnal Pembangunan Manusia, 6(2).

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, 2017. Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting. Jakarta: Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi.

Pan, L., Sherry, B., Njai, R., & Blanck, H. M. 2012. Food insecurity is associated with obesity among US adults in 12 states. Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics, 112(9).

Rachmi, C. et al. 2018. Food Choices Made by Primary Carers in West Java, Indonesia. Appetite, 130, 84-92. 

Sahoo, K. et al. 2015. Childhood Obesity: causes and consequences. Journal of Family and Primary Care. 4(2). 187-192. 

Jonsson, U., 1993. Nutrition and the United Nations Convention on the Rights of the Child, Innocenti Occasional Papers, Child Rights Series no. 5, International Child Development Centre, Florence.

WHO, 2021. Obesity and overweight. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun