Kata-kata Hana benar, embun memang sementara. Tetapi, bagi Aini, setiap tetes embun yang ia lihat adalah pengingat bahwa ada hal-hal indah yang bisa muncul bahkan di saat-saat terdingin.
Satu pagi, saat Aini sedang merapikan kamar, ia menemukan sesuatu yang terselip di antara buku-buku: sebuah amplop kecil dengan tulisan tangan Hana.
"Untuk Aini," begitu tulisannya.
Dengan tangan gemetar, Aini membuka amplop itu. Di dalamnya ada surat singkat.
Aini, kalau kau menemukan surat ini, mungkin aku sudah tidak di dekatmu lagi. Tapi ingatlah, aku selalu percaya kau kuat. Seperti embun, kau akan menemukan caramu untuk hadir di dunia ini dengan cara yang menenangkan. Jangan takut untuk melangkah. Aku menyayangimu.
Air mata Aini jatuh tanpa henti, tetapi untuk pertama kalinya, ia merasa lega. Kata-kata Hana seolah menjadi penenang yang ia butuhkan.
Hari itu, Aini keluar rumah lebih pagi dari biasanya. Ia berjalan menuju taman di dekat rumah, tempat ia dan Hana sering bermain saat kecil. Ia duduk di bangku kayu di bawah pohon besar, merasakan embun pagi di ujung jemarinya.
"Aku akan mencoba, Hana," bisiknya.
Embun itu memang hanya sesaat, tetapi kehadirannya cukup untuk mengingatkan Aini bahwa setiap awal yang baru akan membawa ketenangan yang lain.
Sumbawa, 21 Desember 2024